BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bioteknologi adalah terapan biologi yang melibatkan
disiplin ilmu
mikrobiologi, biokimia, genetika, dan biologi monokuler. Definisi
bioteknologi secara umum adalah teknologi
yang memanfaatkan agen hayati atau bagian-bagiannya untuk menghasilkan barang
dan jasa dalam skala industri untuk memenuhi kebutuhan manusia.. Penerapan bioteknologi pada umumnya mencakup
produksi sel atau biomassa dan perubahan atau transformasi kimia yang diinginkan. Misalnya
saja pada pembuatan roti dengan melibatkan suatu organisme patogen seperti
mikroorganisme.
Salah satu bahan baku roti yang paling penting dalam
proses pembuatan roti adalah ragi atau
yeast. Ragi adalah mikroorganisme hidup yang berkembang biak dengan cara
memakan gula. Jenis
ragi yang biasa digunakan dalam pembuatan roti adalah Saccharomyces
cerevisiae . Fungsi utama ragi adalah mengembangkan
adonan. Pengembangan adonan terjadi karena ragi menghasilkan gas karbondioksida
(CO2) selama fermentasi. Gas ini kemudian terperangkap dalam jaringan gluten
yang menyebabkan roti bisa mengembang. Komponen lain yang terbentuk selama
proses fermentasi adalah asam dan alkohol yang berkontribusi terhadap rasa dan
aroma roti, namun alkohol akan menguap dalam proses pemanggangan roti.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1
Mikroorganisme apa yang berperan dalam proses pembuatan roti ?
1.2.2 Bagaimana ciri-ciri morfologi dan karakteristik
Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan roti?
1.2.3
Bagaimana peranan Saccharomyces
cereviseae dalam pembuatan roti?
1.2.4
Apa saja enzim yang terdapat pada Mikroorganisme
tersebut?
1.2.5
Bagaimana proses fermentasi
dalam pengolahan roti?
1.2.6
Reaksi apa saja yang terjadi didalam proses fermentasi
tersebut?
1.2.7
Bagaimana manfaat kandungan gizi roti untuk kesehatan setelah
terjadi proses fermentasi roti?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui berbagai jenis mikrooganisme yang berperan dalam pembuatan roti.
1.3.2 Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi dan anatomi mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan roti
1.3.3
Untuk mengetahui peranan Saccharomyces cereviseae dalam pembuatan roti
1.3.4
Untuk mengetahui berbagai jenis enzim yang terdapat
pada Mikroorganisme tersebut
1.3.5
Untuk mengetahui proses fermentasi dalam pengolahan roti
1.3.6
Untuk mengetahui reaksi apa saja yang terjadi didalam
proses fermentasi roti
1.3.7
Untuk manfaat kandungan gizi roti untuk kesehatan
setelah terjadi proses fermentasi
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan roti
Roti adalah produk
makanan yang terbuat dari tepung terigu yang difermentasikan dengan ragi roti ( Saccharomyces cerevisiae ), air dan atau tanpa penambahan
makanan lain dan dipanggang. Kedalam
adonan dapat ditambahkan gula, garam, susu skim atau susu bubuk, lemak, pengemulsi dan
bahan-bahan pelezat seperti cokelat, keju, kismis dan lain-lain. (Sutarno, 2000: 119).
Saccharomyces
cereviciae yang penting dalam pembuatan roti memiliki sifat
dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast),
memperbaiki sifat osmotolesance (sweet dough yeast), rapid
fermentation kinetics, freeze dan thaw tolerance, dan memiliki kemampuan
memetabolisme substrat. Pemakaian ragi dalam adonan sangat berguna untuk
mengembangkan adonan karena terjadi proses peragian terhadap gula, memberi
aroma (alkohol) (Dwidjoseputro, 1990).
Taksonomi Jamur Saccaromyces cerevisiae:
Kingdom :
Fungi
Phylum :
Ascomycota
Class :
Saccharomycetes
Ordo :
Saccharomycetaceae
Genus :
Saccharomyces
Spesies : Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan jamur yang
mencakup banyak jenis ragi. Saccharomyces
berasal dari bahasa latin yang berarti gula jamur. Banyak anggota dari genus
ini dianggap sangat penting dalam produksi makanan. Salah satu contoh adalah Saccharomyces cerevisiae, yang digunakan
dalam pembuatan anggur, roti, dan bir. Anggota lain dari genus ini termasuk Saccharomyces bayarnus yang digunakan
dalam pembuatan anggur, dan Saccharomyces
boulardii digunakan dalam obat-obatan.
Koloni
dari Saccharomyces tumbuh pesat dan
jatuh tempo dalam 3 hari. Mereka rata, mulus basah, glistening atau
kuyu, dan cream untuk cream tannish dalam warna. Ketidakmampuan untuk
memanfaatkan nitrat dan kemampuan untuk memfermentasi karbohidrat adalah
karakteristik khas dari Saccharomyces.
Saccharomyces memprodksi ascopores, khususnya bila tumbuh
di V-8 media, asetat ascopore agar, atau Gorodkowa media. Ascopores ini adalah
bundar dan terletak dalam asci. Setiap ascus berisi 1-4 ascopores. Bila diberi pewarnaan gram, ascopore adalah gram negative
sedangkan sel vegetative adalah gram positif. Jamur Saccharomyces cerevisiae, atau di Indonesia lebih dikenal dengan jamur ragi.
Saccharomyces cerevisiae termasuk khamir uniseluler yang tersebar
luas di alam dan merupakan galur potensial penghasil β-glukan, karena sebagian
besar dinding selnya tersusun atas β-glukan. Mikrobia ini bersifat nonpatogenik
dan nontoksik, sehingga sejak dahulu banyak digunakan dalam berbagai proses
fermentasi seperti pada pembuatan roti, asam laktat, dan alkohol (Thontowi,
2007).
Jamur ragi telah memiliki sejarah yang luar biasa di
industry fermentasi karena kemampuannya dalam menghasilan alcohol. Saccharomyces cerevisiae disebut sebagai
mikroorganisme aman ( Generally Regarded
as Safe) yang paling komersial saat ini. Dengan menghasilkan berbagai
minuman beralkohol, mikroorganisme tertua yang dikembangbiakkan oleh manusia ni
memungkinkan terjadinya proses bioteknologi yang pertama di dunia. Seiring
dengan berkembangnya genetikamolekuler, Saccharomyces
cerevisiae sering mendapat julukan sebagai super jamur telah menjadi
mikroorganisme frontier di berbagai bioteknologi modern.
Saccharomyces cerevisiae adalah mikroorganisme bersel satu/ tuggal
yang memahat milestones dalam kehidupan dunia.
Jamur ini merupakan mikroorganisme pertama yang dikembangbiakkan oleh manusia
untuk membuat makanan(sebagai ragi roti, sekitar 100 SM, Romawi kuno) dan
minuman (sebagai jamur fermentasi bird an anggur, sekitar 7000 SM, di Assyria,
Caucasia, Mesopotamia dan Sumeria). Di Indonesia sendiri, jamur ini telah
melekat dalam kehidupan sehari-hari. Nenek moyang kita dan sampai saat ini kita sendiri menggunkannya dalam pembuatan
makanan dan minuman, seperti tempe, tape dan tuak.
2.2 Ciri-ciri morfologi dan Anatomi Saccharomyces cerevisiae
S. Cerevisiae merupakan kelompok mikroba yang tergolong
dalam khamir (yeast). S. Cereviceae
secara morfologis umumnya memiliki bentuk elipsodial dengan diameter yang tidak
besar, hanya sekitar 1-3µm sampai 1-7µm3.
a. Habitat
1. Hidup saprofit di dalam tanah atau hipogean.
2. Hidup di kotoran ternak disebut kaprofit ada
juga parasit pada tumbuhan.
3. Banyak juga ditemukan pada air tape.
b. Morfologi
1. Jamur bersel tunggal (Unisel)
2. Bentuk sel bulat (Oval)
3. Tidak memiliki hifa dengan inti ditengah.
4. Terdapat tunas (budding) yang merupakan alat
perkembangbiakan vegetatif.
c. Anatomi
Saccharomyces
cerevisiae
mempunyai mikrostruktur yang terdiri dari :
1. Kapsul
2. Dinding Sel
Dinding sel khamir pada sel-sel yang muda
sangat tipis, namun semakin lama semakin menebal seiring dengan waktu. Pada
dinding sel terdapat struktur yang disebut bekas lahir (bekas yang timbul dari
pembentukan oleh sel induk) dan bekas tunas (bekas yang timbul akibat
pembentukan anak sel).
Setiap sel hanya dapat memiliki satu bekas
lahir, namun bisa membentuk banyak bekas tunas. Saccharomyces cerevisiae dapat
membentuk 9 sampai 43 tunas dengan rata-rata 24 tunas per sel, dan paling
banyak lahir pada kedua ujung sel yang memanjang. Dinding sel khamir terdiri
dari komponen-komponen sebagai berikut:
o Glukan Khamir (30-35% berat kering dinding
sel)
o Mannan (30% dari berat kering dinding khamir)
o Protein (6% berat kering dinding sel)
o Kitin (1-2 %)
o
Lipid (8.5-13.5 %)
3. Membran Sitoplasma
4. Nukleus
5. Vakuola
6. Mitokondria
7. Globula Lipid
Saccharomyces
cerevisiae
mengandung lipid dalam jumlah sangat sedikit. Lipid ini disimpan dalam bentuk
globula yang dapat dilihat dengan mikroskop setelah diberi pewarna lemak
seperti Hitam Sudan atau Merah Sudan.
8. Sitoplasma
d. Reproduksi
Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk
kuncup atau tunas (budding).
· Pertunasan multipolar, dimana tunas muncul
dari sekitar ujung sel
· Pembelahan tunas, yaitu gabungan antara pertunasan dan pembelahan. Pada
proses ini mula-mula terbentuk tunas, tetapi tempat melekatnya tunas pada sel induk
relatif besar, kemudian terbentuk septa yang memisahkan tunas dari induk
selnya. Pada Saccharomyces, areal tempat melekatnya tunas pada induk sedemikian
kecilnya sehingga seolah tidak pernah terbentuk septa (tidak dapat dilihat oleh
mikroskop biasa). Pada kondisi optimal, khamir dapat membentuk
lebih dari 20 tunas.
Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben
tuk askus dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan
menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara
meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora
haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru. Cara
reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan,
misalnya bila suplai makanan terganggu atau lingkungan hidupnya tidak
mendukung. Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan
roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam
pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
Saccharomyces cerevisiae memiliki 16 kromosom.
Saccharomyces cerevisiae dapat
survive dan tumbuh dalam bentuk haploid dan diploid. Sel haploid adalah simple
siklus hidup dalam fase mitosis dan pertumbuhan, dan jika berada dalam kondisi
lingkungan yang stress akan mati. Sel diploid adalah simple siklus hidup dalam
fase mitosis dan pertumbuhan, tetapi jika berada dalam kondisi lingkungan yang
stress mengalami sporulasi, memasuki meiosis dan menghasilkan sebuah varietas
dari spora haploid yang dapat melaukan konjugasi, kembali ke bentuk diploid.
2.3 Peranan Saccharomyces cereviceae
dalam pembuatan roti
Khamir jenis Saccharomyces cereviceae merupakan jenis khamir yang paling umum
digunakan pada pembuatan roti. Khamir ini sangat mudah ditumbuhkan, membutuhkan
nutrisi yang sederhana, laju pertumbuhan yang cepat, sangat stabil, dan aman
untuk digunakan (food gradeorganism).
Dengan karakteristik tersebut, Saccharomyces
cereviceae lebih banyak digunakan dalam pembuatan roti dibandingkan
penggunaan jenis khamir yang lain. Dalam perdagangan khamir ini sering disebut
dengan baker’s yeast atau ragi roti.
Fungsi Saccharomyces cereviceae ini
diantaranya adalah:
a)
Pengembangan adonan
Penggunaan mikroorganisme dalam pengembangan
adonan masih menjadi fenomena yang asing bagi masyarakat yang tidak familiar
dengan pabrik roti. Udara (oksigen) yang masuk ke dalam adonan pada saat
pencampuran dan pngulenan (kneading)untuk tumbuh oleh khamir. Akibatnya akan
terjadi kondisi anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas CO2 yang
dihasilkanselama proses fermentasi akan terperangkapdi dalam lapisan film
gluten yang impermeabel. Gas akan mendesak lapisan yang elastin dan extensible
yang selanjutnya menyebabkan pengembangan( penambahan volume) adonan.
Pembuatan roti, ragi/yeast dibutuhkan agar adonan
bisa mengembang. Ragi/yeast biasanya ditambahkan setelah tepung terigu ditambah
air lalu diaduk-aduk merata, setelah ituselanjutnya adonan dibiarkan beberapa
waktu. Ragi/yeast sendiri sebetulnya mikroorganisme,suatu mahluk hidup
berukuran kecil, biasanya dari jenis Saccharomyces
cerevisiae yangdigunakan dalam pembuatan roti ini. Pada kondisi air yang
cukup dan adanya makanan bagiragi/yeast, khususnya gula, maka yeast akan tumbuh
dengan mengubah gula menjadi gaskarbondioksida dan senyawa beraroma. Gas
karbondioksida yang terbentuk kemudianditahan oleh adonan sehingga adonan
menjadi mengembang (Rukmana, 2001).
b)
Asidifikasi
Selama proses fermentasi selain di hasilkan
gas CO2 juga dihasilkan asam – asam organik yang menyebabkan
penurunan pH adonan. Karena tingginya kapasitas penyangga ( buffer capacity)
protein di dalam adonan, maka tingkat keasaman dapat ditentukan dengan
menentukan totalasam adonan. Proses asidifikasi ini dapat dijadikan sebagai
indikator bahwa fermentasi adonan berjalan dengan baik. Dengan demikian
pengukuran pH mutlak diperlukan dalam pengendalian proses.
c)
Produksi flavour
Terbentuknya alkohol, penurunan pH, dan
terbentuknya metabolit lainnya secara langsung akan berperan sebagai prekursor
flavor dan rasa roti. Akibatnya proses fermentasi tersebut dapat menghasilkan
roti dengan mutu organoleptik yang tinggi.
2.4 Enzim-enzim yang dihasilkan Saccharomyces cereviceae
Proses fermentasi oleh ragi juga berhubungan dengan
aktivitas enzim yang terdapat pada ragi. Enzim yang terdapat pada ragi adalah
invertase, maltase dan zymase. Gula pasir atau sukrosa tidak difermentasi
secara langsung oleh ragi.
a. Invertase
Enzim intervase mengubah sukrosa
menjadi invert sugar (glukosa dan fruktosa) yang difermentasi
secara langsung oleh ragi. Sukrosa dalam adonan akan diubah menjadi glukosa
pada tahap akhir mixing. Reaksi yang terjadi adalah:
Sukrosa + air gula invert → C12H22O11 +
H2O invertase 2 C6H12O6
b. Maltase
Enzim maltase mengubah malt sugar
atau maltosa yang ada pada malt syrup
menjadi dekstrosa. Dekstrosa difermentasi secara langsung oleh ragi. Maltosa (C12H22O11)
→
Dekstrosa (C6H12O6)
c. Zimase
Enzim zimase mengubah invert sugar dan
dekstrosa menjadi gas karbondioksida yang akan menyebabkan adonan menjadi
mengembang dan terbentuk alkohol. Enzim zimase merupakan biokatalis yang
digunakan dalam proses pembuatan roti. Kompleks enzim zimase ini dapat mengubah
glukosa dan fruktosa menjadi CO2 dan alkohol. Penambahan enzim
zimase dilakukan pada proses peragian pengembangan adonan roti (dough
fermentation/rounding). Ragi/baker’s yeast di tambahkan ke dalam adonan
roti sehingga glukosa dalam adonan roti akan terurai menjadi etil alkohol dan
karbon dioksida. Proses penguraian ini berlangsung dengan bantuan enzim zimase
yang dihasilkan oleh ragi/baker’s yeast. Berikut ini reaksi penguraian yang
terjadi akibat adanya penambahan enzim zimase dalam adonan roti :
etil alkohol +
karbondioksida → C6H12O6 zimase
2 C2H5OH + 2 CO2
Pada proses ini, gas karbon dioksida berfungsi sebagai
gas yang mengembangkan adonan roti.
2.5 Fermentasi dalam Pengolahan Roti
a. Fermentasi
Proses
fermentasi pada pengolahan roti sudah dilakukan sejak lama. Tahapan ini
dilakukan untuk menghasilkan potongan roti (loaves) dengan bagin porus dan
tekstur roti yang lebih lembut. Metode ini didasarkan pada terbentuknya gas
akibat proses fermentasi yang menghasilkan konsistensi adonan yang frothy
(porus seperti busa). Pembentukan gas pada proses fermentasi sangat penting
karena gas yang dihasilkan akan membentuk struktur seperti busa, sehingga
aliran panas ke dalam adonan dapat berlangsung cepat pada saat baking. Panas
yang masuk ke dalam adonan akan menyebabkan gas dan uap air terdesak ke luar
dari adonan, semntara terjadi proses gelatinisasi pati sehingga terbentuk
struktur frothy.
Fermentasi adonan di dasarkan pada aktivitaas
– aktivitas metabolis dari khamir dan bakteri asam laktat. Aktivitas
mikroorganisme ini pada kondisi aaerob akan menghasilkan metabolit fungsional
yang penting pada pembentukan adonan. Dengan mengendalikan parameter prose
fermentasi dan metode preparasi adonan dapat dimungkinkan mempengaruhi
aktivitas mikroorganisme dan enzim untuk
menhasilkan adonan roti yang dikehendaki seperti volume, konsistensi, dan
pembentukan.
Mutu
roti ditentukan dari
sifat bahan penyusun
utamanya yaitu tepung
gandum. Sifat-sifat kimia dan
fisik tepung gandum sangat
mempengaruhi sifat-sifat roti
yang dihasilkan. Sifat-sifat sensoris roti lebih mempengaruhi mutu roti.
Sifat-sifat inilah yang dilihat terlebih dahulu oleh konsumen untuk
memperoleh gambaran mutu roti tersebut. Mutu
sensoris roti yang
baik dapat dilihat
dari sifat bagian
luar (eksternal) dan bagian dalam (internal). Sifat-sifat
eksternal roti yang bermutu baik adalah : Bentuk roti simetris, tidak bersudut
tajam. Warna kulit permukaan (crust)
berwarna coklat kemerahan dan mengkilat,
sedangkan bagian bawah serta samping putih kecoklatan. Kulit atas mengembang
dengan baik dan tidak retak. Ukuran
volume roti makin
besar makin disukai, sejauh
tidak merusak kenampakan dalamnya (Widodo, 2014).
b. Tahap Pembuatan Roti
Pada prinsipnya roti dibuat dengan cara
mencampurkan tepung dan bahan penyusun lainnya menjadi adonan kemudian
difermentasikan dan dipanggang. Pembuatan roti dapat dibagi menjadi dua bagian yang utama yaitu proses pembuatan
adonan dan proses pembakaran. Kedua proses utama ini akan menentukan mutu hasil akhir.
1. Proses pembuatan adonan
Berbagai metode fermentasi adonan berkembang
untuk memperoleh hasil sesuai dengan kharakteristik berbagai jenis produk
bakery. Walaupun berbagai metode dikembangkan, namun secara umum terjadi
kecenderungan untuk menyederhanakan, memperpendek dan automatisasi proses
fermentasi. Proses biologis yang kompleks selama fermentasi perlu dikendalikan
untuk menghasilkan adonan sesuai dengan yang di inginkan.
Untuk itu, pengendalian haruslah dilakukan selama periode fermentasi.
semua faktor seperti suhu, mutu dan jumlah sel, serta laju pertumbuhan harus
terkendali, sehingga terbentuk gas di dalam adonan.
Proses pembuatan adonan roti dimulai dengan
mencampurkan bahan kering, kecuali garam. Karena garam ‘ dilarang ’ bertemu
dengan ragi sejak awal. Ragi akan mati bila dicampur bersamaan. Jadi, mulailah
mencampur tepung, gula, dan ragi, termauk susu bubuk dan bread emulsifier, aduk
rata. Kemudian tuangkan telur dan air secara bertahap sambil di uleni hingga
adona bergumpal – gumpal atau setengah kalis. Baru kemudian dimasukkan mentega
dan garam, uleni terus hingga adonan licin, kalis, elastis. Tanda paling mudah
dikenali pada adonan kalis adalah, bila dibulatkan adonan tampak licin
permukaannya. Bila masih geradakan dan
tidak licin, pasti adonan belum kalis sempurna. Jaminan utama bila adonan licin
sempurna, roti pasti akan ‘ jadi ‘ sempura pula, karena tugas selanjutnya
hanyalah melakukan proses pembentukan roti, pengisian dan fermentasi.
Adonan yang frothy dapat dihasilkan dengan
terbentuknya atau terdispensinya gelembung – gelembung gas di dalam adonan. Gas
yang dibutuhkan untuk terbentuk adonan dapat dihasilkan melalui proses biologis
, kimia, maupun fisik. Gas yang dihasilkan terdispersi ke dalam adonan dalam
bentuk gelembung untuk menghasilkan pori yang terbentuk merupakan gas CO2.
Kehalusan pori yang terbentuk selama proses pengadonan tergantung pada
karakteristik tepung yang digunakan seperti viskoelastisitas dari gluten dan
daya ikat air ( water – binding capacity) pentosan. Pori yang halus bisa juga
terbentukoleh karena udaramasuk ke dalamadonan dan terdispersi dalam bentuk
gelembung yang halus ketika tepung dan air dicampur dan di ulen. Gelembung
udara yang terperangkapberperan sebagai inti yang menyerap gas CO2
yang terbentuk akan membuat adonan mengembang membentuk struktur spon.
Pengembangan adonan dapat melebihi 1 : 6 karena gas CO2 terbentuk
selama fermentasi. Pembentukan gas selama fermentasi di ikuti oleh reaksi –
reaksi fermentasi lainnya seperti terbentuknya metabolit – metabolit
intermediet yang berpengaruh pada konsistensi adonan dan terbenuknya senyawa –
senyaa volatil yang merpakan prekursor aroma.
Gas yang terdispersi dan terperangkap di
dalam adonan dalam bentuk gelembung dibutuhkan untuk pembentuknya pori.
Terbentuknya dinding pori yang elastis ( extensible ) tergantung pada
kandungan protein yang spesifik yang dapat membentuk film yang elastis.
Karakteristik semacam ini diperlihatkan oleh gluten ( gliadin dan glutenin)
yang merupakan jenis protein yang terkandung di dalam tepung gandum. Ketika
tepung gandungdi campur dengan air, gluten akan membentuk massa viskoelastis
yang mengikat semua bahan adonan terutama pati menjadi suatu jaringan. Lapisan
film yang terbentuk bersifat impermiabel terhadap gas, sehingga dapat
memerangkap gasdan membentuk pori. Selanjutnya pada proses pemanggangan (
baking) terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten yang dapat membentuk
crumb dan tekstur yang lembut.
Lama penyiapan dan fermentasi adonan sangat bervariasi yang harus dapat
dikendalikan dengan bak. Penggunaan
proporsi khamir yang tinggi akan menyebabkan pembentukan gas yang cepat.
Hal ini dapat menyulitkn dalam pengaturan waktu fermentasi dan penyiapan
adonan. Untuk itu, penjadwalan yang ketat dibutuhkan saat penyiapan adonan
karena pengembangan volume adonan terjadi dengan cepat. Pengakhiran proses
fermentasi sangat mempengaruhi volume dan bentuk akhir produk bakery.
Pembuatan adonan meliputi proses pengadukan bahan dan pengembanagn
adonan ( dough development) sampai proses fermentasinya. Proses
pengadukan bahan baku roti kaitannya. dengan pebentukan zat gluten, sehingga adonan siap menerima
gas CO2 dari aktivitas fermentasi. Prinsipnya proses pengaduan
ini adalah pemukulan dan penarikan jaringan zat gluten sehingga struktur
spiralnya akan berubah manjadi sejajar satu dengan lainnya. Jika struktur ini
tercapai maka permukaan adonan akan terlihat mengkilap dan tidak lengkat serta
adonan akan mengembang pada titik optimum dimana zat gluten dapat ditarik atau
dikerutkan.
Sistem pembentukan adonan dalam pembuatan roti yaitu :
Boiled Dough, sponge and dough, straight dough and no time
dough. Boiled Dough, ada 3 tahap dalam pembuatan boiled dough, pertama membuat
pre-dough, yaitu campuran antara air panas dan tepung terigu, lalu didinginkan.
Kedua, membuat adonan biang (sponge) yang merupakan campuran dari tepung
terigu, ragi, air, dan gula pasir yang diuleni, diistirahatkan selama sekitar
90 menit.
Dan, yang terakhir pembuatan adonan utama atau dough-nya yang
terdiri dari gula pasir halus, garam, mentega, bread improver, telur, serpihan
es, terigu protein protein tinggi, susu bubuk full cream, madu, dan air
es. Cara pembuatan: Masukkan pre-dough ke dalam sponge dough, kemudian
ditambahkan bahan-bahan utama dan diuleni hingga adonan menjadi kalis, lalu
diistirahatkan sekitar 5 menit, selanjutnya proofing (pembentukan adonan),
istirahatkan kembali untuk penyempurnaan pengembangan adonan (30-45 menit). Dan
terakhir, siap dipanggang. Karakteristik: Roti lebih lembut, ringan, dan tahan
lama Sistem sponge and dough terdiri dari 2 langkah pengadukan yaitu pembuatan
sponge dan pembuatan dough. Cara pembuatan: Pertama pembuatan adonan biang
(komposisi seperti pada boiled dough), kemudian istirahatkan (resting) sekitar
2 jam atau semalaman (untuk over night sponge dough), kemudian biang
dicampurkan ke dalam adonan utama (dough) dan uleni hingga kalis, selanjutnya
timbang, proofing dan panggang. Karakteristik: Hasil akhir volume roti besar,
lembut dan tahan lama. Sedangkan sistem straight dough (cara langsung)
adalah proses dimana bahan-bahan diaduk bersama-sama dalam satu langkah.
Straight Dough, cara pembuatan: Semua bahan utama diuleni, resting selama
sekitar 15 menit, tekan adonan untuk membuang gas, kemudian timbang, resting
kembali sekitar 10 menit, kemudian proofing, dan panggang. Sistem no time
dough adalah proses langsung juga dengan waktu fermentasi yang sesingkat
mungkin atau ditiadakan sama sekali. Proses pengembangan adonan merupakan
suatu proses yang terjadi secara sinkron antara peningkatan volume sebagai
akibat bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai hasil fermentasi dan protein
larut, lemak dan karbohidrat yang juga mengembang dan membentuk film tipis.
Dalam proses ini terlihat dua kelompok daya yaitu daya poduksi gas dan daya
penahan gas. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya produksi gas adalah
konsentrasi ragi roti, gula, malt, makanan ragi dan susu selama berlangsungnya
fermentasi.
Yeast (ragi) memfermentasikan adonan sehingga
menghasilkan gas karbondioksida yang akan mengembangkan adonan. Jika proses
fermentasi terkendali dengan baik, maka akan menghasilkan produk bakery seperti
roti dan donat yang baik, dalam arti mempunyai volume dan tekstur yang baik
serta cita rasa yang enak. Selama proses fermentasi akan terbentuk CO2 dan
ethyl alkohol. Gula-gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa digunakan
sebagai substrat penghasil CO2. Gas CO2 yang
terbentuk menyebabkan adonan roti mengembang dan alkohol berkontribusi dalam
membentuk aroma roti.
Fungsi ragi (yeast) dalam pembuatan roti adalah
untuk proses aerasi adonan dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida,
sehingga mematangkan dan mengempukan gluten dalam adonan. Pengkondisian dari
gluten ini akan memungkinkan untuk mengembangkan gas secara merata dan menahannya,
membentuk cita rasa akibat terjadinya proses fermentasi.
Proses yang paling penting dan mendasar dalam
pembuatan roti adalah proses biologis yang disebut dengan proses fermentai yang
dilakukan oleh ragi roti. Khamir sendiri tidak dapat mengawali pembentukan gas
dalam adonan, namun dalam tahapan selanjutnya khamir merupakan satu komponen
utama yang berfungsi mengembangkan, mematangkan, memproduksi senyawa-senyawa
gas dan aroma adonan melalui fermentasi yang dilakukan. Suhu optimum fermentasi
adoan adalah 27o C.
Proses proffing adalah proses fermentasi akhir seteleh
adonan dibentuk, ditimbang dan dimasukkan ke dalam loyang, sebelum akhirnya
adonan dipanggang dalam oven. Pada tahap ini gluten menjadi halus dan meluas
serta penampakan proffing volume adonan menjadi dua kali lipat. Suhu proffing
yang baik adalah antara 32-38o C dengan kelembaban relatif (RH)
80-85 % selama 15 – 45 menit.
2. Proses
pembakaran
Proses pembakaran
adonan merupakan tahap akhir yang menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembuatan
roti. Untuk memperoleh hasil yang baik dan berwarna coklat dibutuhkan pemanasan
sekitar 150-200oC. Sedangkan lama pembakaran roti secara tepat
tergantung pada ukuran atau bentuk roti, jumlah gula yang digunakan dalam
formula dan jenis roti yang dibakar.
Pada saat awal proses pemanggangan adonan roti
(baking) terjadi penurunan tingkat viskositas suatu adonan roti disamping itu
juga akan terjadi peningkatan aktivitas enzim yang berperanan aktif dalam
pengembangan adoanan roti. Ketika suhu pemanggangan mencapai suhu 56⁰C maka akan terjadi proses gelatinisasi pati dan
memudahkan terjadinya reaksi hidrolisis amilosa dalam molekul pati atau
amilolisis. Hidrolisis molekul pati yang mulai tergelatinisasi akan membentuk
senyawa dextrin dan senyawa gula sederhana lainnya, dan pada saat yang
bersamaan akan terjadi proses pelepasan air (dehidrasi). Hal ini akan
berkontribusi secara lanjut terhadap kelengketan adonan roti (crumb
stickiness) yang dihasilkan dan meningkatnya intensitas warna kulit roti (crust
color). Pada saat pemangangan terjadi perubagan warna kulit roti menjadi
coklat yang merupakan hasil reaksi Maillard. Peningkatan konsentrasi senyawa
gula sederhana akan mempengaruhi intensitas warna kulit roti. retrogradasi.
Pengerasan dapat pula terjadi karena adanya ikatan silang pati-protein.
c. Bagan
Proses Pembuatan Roti
Bahan utama
Bahan Tambahan
Tepung
Gula
Air
Shortening
Ragi
Malt/susu
_______________________
↓
Pencampuran dan pengadukan adonan
↓
Peragian/ fermentasi
↓
Penyeragaman bentuk ( pembentukan
dan penimbangan)
↓
Profing(pengembanagan adonana)
↓
Pembakaran/baking
2.6 Reaksi- reaksi saat Proses Pembuatan Roti
Proses fermentasi berhubungan dengan
aktivitas enzim yang terdapat dalam bahan maupun yang dihasilkan mikroorganisme
dalam ragi. Yeast Saccharomyces
cerevisiae dapat menghasilkan berbagai macam enzim yang sangat berguna
dalam pembuatan roti. Enzim pertama yang beraksi dalam adonan adalah amilase.
Gula sebagai substrat yeast dihasilkan melalui aktivitas enzim amilase yang
dapat mengubah pati (baik amilosa maupun amilopektin) menjadi gula sederhana
seperti glukosa dan fruktosa.
Ada 2 jenis enzim amilase yang bekerja pada
proses pembuatan roti, yaitu a-amilase (alpha-amilase) dan b-amilase
(beta-amilase). Alpha-amilase memotong ikatan glikosidik a-1,4 pada molekul
pati secara acak menghasilkan dekstrin, maltosa, maltotriosa atau glukosa.
Beta-amilase juga memotong ikatan glikosidik a-1,4 namun hanya 2 unit glukosa
setiap pemotongan menghasilkan maltosa.
Sebenarnya proses fermentasi
memerlukan gula sederhana berupa 1 unit glukosa. Glukosa berperan penting dalam
pembentukan aroma serta dalam reaksi browning yang terjadi pada permukaan roti
selama pemanggangan. Hasil pemecahan a-amilase belum tentu menghasilkan glukosa
yang cukup, maltosa masih harus dipecah lagi. Gula pasir yang ditambahkan dalam
adonan juga tidak bisa serta merta digunakan dalam proses fermentasi. Gula
pasir ini masih berupa sukrosa yang kompleks sehingga harus dipecah terlebih
dahulu. Saccharomyces cerevisiae memiliki
enzim maltase yang dapat memecah maltosa menjadi glukosa, dan enzim invertase
yang bertugas menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
C12H22O11 +
H20
2 C6H12O6
Setelah itu ada proses yang bisa
dikatakan paling penting, yang hanya dapat dilakukan oleh yeast, yaitu
fermentasi gula sederhana. Selama proses ini, terbentuk gas karbondioksida
(CO2) dan etanol dari hasil fermentasi glukosa melalui jalur glikolisis yang
cukup kompleks. Sederhananya yaitu sebagai berikut:
C6H1206
——————> 2C2H5OH + 2CO2
Secara keseluruhan, reaksi kimia
yang terjadi dalam adonan roti kira-kira seperti pada gambar berikut ini:
Gas karbon dioksida berperan
dalam pengembangan adonan sedangkan etanol berkontribusi dalam pembentukan
aroma dan citarasa roti. Gas yang terdisersi dan terperangkap di dalam adonan
dalam bentuk gelembung dibutuhkan untuk pembentukan pori-pori. Terbentuknya
dinding pori yang elastis tergantung pada kandungan protein spesifik dalam
tepung gandum yang disebut gluten. Saat tepung dicampur dengan air, gluten akan
membentuk massa viskoelastis yang mengikat semua bahan adonan terutama pati menjadi
suatu lapisan. Lapisan ini bersifat impermiabel terhadap gas sehingga dapat
memerangkap gas dan membentuk pori-pori.
2.7 Kandungan Gizi Roti
Di indonesia, roti menjadi makanan pokok
alternatif pengganti nasi, sehingga sering terlihat di meja-meja makan rumahan.
Menu sarapan dengan roti juga sudah populer di Indonesia, selain karena praktis
untuk mengawali aktivitas juga kandungan gizi pada roti cukup memberikan
energi. Biasanya Jenis roti yang
dikonsumsi saat sarapan adalah roti tawar putih atau roti gandum, keduanya
merupan variasi dari kelompok bakery. Kedua jenis roti ini sebenarnya dibuat
dengan proses yang hampir sama, hanya bahan dasar pembuatannya yang berbeda.
Roti tawar putih menggunaka tepung terigu, sedangkan roti gandum menggunakan
biji gandum utuh yang dipecah (whole wheat). Perbedaan ini yang memberikan
manfaat berbeda bagi kesehatan, dan tingkat kelezatan roti.
Roti diperkaya dengan berbagai macam zat gizi, sebut saja beta
karoten, thiamin (vit B1), riboflavin (vit B2), niasin, serta sejumlah mineral
berupa zat besi, iodium, kalsium dan sebagainya.Roti juga diperkayadengan asam
amino tertentu untuk meningkatkan mutu protein bagi tubuh.Menurut Dr. Clara, M.
Kusharto MS, dari Departemen Gizi Institut PertanianBogor, kandungan protein
yang terdapat dalam roti mencapai 9,7%, lebihtinggi ketimbang nasi yang hanya
7,8%. Selain itu tidak seperti nasi yanghanya memiliki kadar pati 4-8%, dalam
roti terdapat 13% pati.Empat iris roti, roti tawar akan menghasilkan
kalori yang setara dengan sepiring nasi (Jenie, 1993).
Roti secara umum memiliki
kandungan karbohidrat yang tinggi. Jenis karbohidrat yang terkait dengan roti
diantaranya adalah gula dan serat. Gula yang sering disebut glukosa merupakan
jenis karbohidrat sederhana dan paling cepat diserap oleh tubuh. Penyerapan ini
mempengaruhi peningkatan kadar gula darah dalam tubuh. Gula darah adalah bahan
bakar tubuh yang dibutuhkan untuk kerja otak, sistem saraf, dan jaringan tubuh
yang lain, serta berfungsi sebagai penghasil energi yang cepat. Jika kadar gula
darah terlalu tinggi atau rendah berdampak buruk bagi kesehatan tubuh, salah
satunya menjadi awal indikasi diabetes mellitus. Mengkonsumsi makanan dengan
kandungan gula tinggi juga menimbulkan rasa lapar yang cepat, karena tubuh
secara cepat mencerna makanan tersebut. Rasa lapar yang timbul dapat membuat
seseorang makan lagi dengan porsi yang lebih banyak,padahal tubuh sudah
mengkonsumsi kalori dari makanan gula sebelumnya. Berbeda dengan gula, serat
yang juga termasuk jenis karbohidrat termasuk dalam jenis karbohidrat kompleks.
Di dalam tubuh, serat tidak dapat dihancurkan oleh enzim-enzim pencernaan
manusia. Tetapi keberadaanya membantu kerja sistem pencernaan untuk
mengeluarkan sisa-sisa makanan di dalam usus besar. Selain itu, karena serat
tidak dapat dicerna, maka makanan yang mengandung serat tidak mempengaruhi
kenaikan gula darah berkebalikan dengan gula. Bagi yang sedang berdiet,
mengkonsumsi makanan yang mengandung serat akan mengurangi rasa lapar yang
sering timbul. Manfaat serat dalam tubuh
sangat banyak diantaranya: mencegah konstipasi, menurunkan risiko penyakit
infeksi pada saluran pencernaan, mengatur kadar gula darah, menurunkan risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah, membantu menurunkan berat badan.
Roti yang baik diasumsikan
memiliki tekstur yang lembut, warna yang
putih, dan rasa yang agak gurih. Ternyata kelembutan dan warna yang putih tidak
selamanya sehat. Pada roti gandum yang memiliki kandungan gizi lebih baik dari
roti tawar memiliki tekstur yang kasar dan berserat serta berwarna gelap coklat,
secara kesuluruhan dianggap kurang “bersahabat” dengan mulut dan mata. Tetapi
itulah yang terjadi, tepung terigu dulu bernilai mahal dan hanya orang
bangsawan saja yang mampu membeli, karena salah satu produk gandum yang diolah
dengan banyak proses sehingga menjadi serbuk putih yang indah. Sehingga pada
masa itu, roti tawar putih lebih bernilai tinggi secara materi. Namun hal
tersebut yang justru mengurangi kandungan gizi yang baik dari gandum yang
terdapat dalam roti. Jadi perlu sedikit usaha untuk menyesuaikan rasa roti
gandum untuk memperoleh manfaat sehatnya.
Untuk menambah nilai gizi pada
roti, terutama roti tawar putih, bisa dikonsumsi dengan menambahkan bahan
makanan sumber protein dan sayuran, sehingga menjadi satu menu dengan nilai
gizi yang lengkap seperti sandwich telur atau sandwich daging. Menambahkan
selai buah (tanpa tambahan pemanis buatan) atau selai kacang juga bisa menjadi
alternatif lainnya.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Mikroorganisme yang sering digunakan untuk fermentasi pembuatan roti
adalah Saccharomyces cerevisiae.
Jamur ini berperan dalam pembuatan roti supaya roti dapat mengembang dengan
baik.
·
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur bersel tunggal (uniseluler),
berbentuk sel bulat (oval), tidak memiliki hifa dengan inti ditengah, dan terdapat
tunas (budding) yang merupakan alat perkembangbiakan vegetatif.
·
Peranan jamur Saccharomyces
cerevisiae dalam pembuatan roti adalah untuk pengembangan adonan,
asidifikasi, dan produksi flavour.
·
Proses fermentasi oleh ragi juga berhubungan dengan aktivitas enzim yang
terdapat pada ragi. Enzim yang terdapat pada ragi adalah invertase, maltase dan
zymase.
·
Reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi roti yaitu tepung
ditambahkan dengan air dengan bantuan enzim amilase akan diubah menjadi
maltosa. Kemudian maltosa berubah menjadi sukrosa dengan bantuan enzim maltase.
Sukrosa akan diubah menjadi glukosan dengan enzim invertase saat proses mixing.
Setelah itu, terjadi proses fementasi yang menghasilkan karbondioksida yang
menyebabkan roti mengembang dan ethanol yang membuat rasa pada roti
·
Roti diperkaya dengan berbagai macam zat gizi yaitu beta karoten,
thiamin (vit B1), riboflavin (vit B2), niasin, serta sejumlah mineral berupa
zat besi, iodium, kalsium dan sebagainya. Roti juga diperkaya dengan asam amino
tertentu untuk meningkatkan mutu protein bagi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.
Jenie,
Laksmini. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta :
Kasinius.
Mahreni dan Sri Suhenry. 2011. Kinetika pertumbuhan sel sacharomyces cerevisiae dalam
media tepung kulit pisang. Seminar rekayasa
kimia dan proses, 26 juli 2011. ISSN : 1411-4216.
Novianti;Mappiratu & Musafira. 2013. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji untuk
produksi bioetanol menggunakan sel ragi imobil secara berulang. Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2(3) : 9 Desember
2013. 19 ISSN: 2338-0950.
Rukmana dan Yuniarsih. 2001. Cara Pembuata Roti . Yogyakarta:
Kanisius.
Sebayang, Firman. 2006. Pembuatan etanol dari
molase secara fermentasi menggunakan sel Saccharomyces cerevisiae yang termobilisasi pada
kalsium alginat. Jurnal teknologi proses
5 (2) juli 2006: 68-74. ISSN 1412-7814.
Thontowi, Ahmad. 2007. Produksi β-Glukan Saccharomyces cerevisiae dalam Media
dengan Sumber Nitrogen Berbeda pada Air-Lift Fermentor. Biodiversitas. Vol 8 No 4 ISSN: 1412-033X.
Widodo. 2014. Aspek Mutu Produk Roti Tawar
Untuk Diabetes Berbahan Baku Tepung Porang dan Tepung Suweg. Jurnal Agroknow. Vol 2 No 1 .
Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller dan waste water treatment untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com terima kasih
BalasHapus
BalasHapus365SBOBET Situs Agen Sbobet, Agen Bola Terpercaya di Indonesia
365sbobet adalah Agen SBOBET Terpercaya Indonesia, Situs Agen Bola Resmi Online Casino Terbaik Official Partner kami adalah Barcelona dan Liverpool.
365Sbobet
agen sbobet
Agen Sbobet Online
Agen Sbobet Terpercaya
Agen Sbobet Indonesia
Agen Sbobet Asia
Agen Sbobet Resmi
Agen Sbobet Mobile
Daftar Agen Sbobet
Situs Agen Sbobet
Website Agen Sbobet
Link ALternatif Agen Sbobet
Bonus Agen Sbobet
Sbobet
Sbobet Online
Sbobet Terpercaya
Sbobet Indonesia
Sbobet Asia
Sbobet Resmi
Sbobet Mobile
Daftar Sbobet
Situs Sbobet
Website Sbobet
Link ALternatif Sbobet
Bonus SbobetAgen Bola
Agen Bola Online
Agen Bola Terpercaya
Agen Bola Indonesia
Agen Bola Asia,
Agen Bola Resmi
Agen Bola Mobile
Daftar Agen Bola
Situs Agen Bola
Website Agen Bola
Link ALternatif Agen Bola
Bonus Agen Bola
Agen Slot
Main Slot
Situs Sbobet
Situs Slot
Slot
Slot Online
Slot Terbaik
Website Slot