TPA Pakusari dan Pusat Penelitian Kebun Renteng Jember
1. TPA Pakusari
TPA
(tempat pembuangan akhir) Pakusari merupakan tempatpembuangan sampah dari tiga
kecamatan di kota Jember, yaitu Patrang, Kaliwates, dan Sumbersari, yang mencakup desa Sukowono, Kalisat, Mayang, Silo,
dan Rambi. Setiap hari sampah dapat
mencapai 600 m3/hari dengan jumlah truk pengangkut 32 armada
pengantar sampah. Biasanya dari pasar tanjung 4 m3/ hr dan dari 10
titik pembuangan sampah dapat mencapai 50 m3/hari untuk pasar-pasar.
TPA Pakusari berdiri mulai tahun 1991 dengan luas 6,8 hektare, namun lahan ini tidak
mencukupi untuk menampung sampah. Area akan menjadi ideal jika di tambah 4.5
hektar lagi. Sampah terus meningkat setiap harinya, di perkirakan satu rumah
tangga 1 kg. Namun yang di tangani hanya 600 m3 dan sisanya tidak
tahu kemana. Mungkin di setiap rumah tangga menggunakan sistem juglangan, ada
yang di buang ke sungai, dan ada juga yang di olah sendiri. Sudah 2 tahun TPA
Pakusari mengajukan penambahan lokasi dan wacana “Sanitary Landfill”, tapi
tidak ada respon dari pemerintah.
Dulu
sampah-sampah ini di jadikan kompos, lalu vakum selama 2 tahun karena investor
tidak ada lagi. Jadi, hanya di lakukan metoda “open dumping” terhadap sampah
yaitu penimbunan sampah secara terbuka. Namun terkadang juga menggunakan metoda
“Sanitary Landfill” yaitu diganti dengan system lahan uruk saniter, sampah di
masukkan ke lahan lalu di tutup, jadi setiap hari sampah-sampah di ratakan hingga
ketinggian 1 meter lalu di kasih tanah 20 cm.
Namun
sampah-sampah tertentu di bakar, seperti
sampah medis karena ada kandungan bakterinya jadi di pisah terlebih dahulu. Pada
sampah medis penanganannya berbeda, tapi dengan teknik sederhana. Ada beberpa masyarakat
yang ikut mengambil dan memisahkan beberapa sampah untuk reduce, reuse, dan recycle. Mereka hanya mendaftarkan nama
di TPA namun tidak ada pengumutan apapun
untuk mereka, jadi hanya untuk pendataan saja. Jika mereka ada masalah karena
terkait dengan TPA maka di bantu. Pada tahun 2000-2007 ada pihak kesahatan 1
minggu satu kali memeriksa para pekerja dan pemulung di TPA. Namun karena tidak
ada keluhan dari para pekerja dan pemulung jadi pihak dari kesehatan hanya akan
datang jika di panggil saja. Disana para pemulung membangun tenda-tenda tempat
bernaung hanya sementara untuk
istirahat, bukan untuk tempat tinggal. Hasil yang di ambil pemulung di jual
sendiri untuk di timbang dan menghasilkan uang. Sedangkan sampah yang tidak di
ambil di hancurkan dan di ratakan.
2. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Kebun Renteng
Indonesia
merupakan Negara yang memproduksi kopi terbesar no.3 di Dunia. Pusat penelitian
kopi dan kakao kebun Renteng sangat startegis berkontirbusi dalam pengembangan
kopi dan kakao. Pusat penelitian kopi dan kakao berdiri sejak 1 januari tahun 1911-2015
sejak zaman belanda “Besoekisch Proesfstation” yang terletak di Jl. PB. Sudirman
No. 90 desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji Jember, di 45 m dari permukaan air
laut. Kebun kakao ini memiliki luas 160 hektare dan beriklim D. Kelebihan kebun
ini yaitu Untuk penelitian kopi dan kakao. Kebun kopi dan kako ini memiliki 3
fungsi, yang pertama sebagai pusat penelitian karena memiliki kopi robusta dan
kakao 1000 lebih, dan yang kedua sebagai plasma nutfah jadi sebagai kebun induk
dan kebun produksi.sedangkan yang ketiga yaitu sebagai agrowidia wisata. Selain
di desa Kaliwining ini ada 2 kebun lagi di malang selatan, yang bernama “kebun
percobaan sumber asin” yang berada di ketinggian 600 m dari permukaan air laut
dengan luas 100 hektare. Di sana meneliti kopi robusta dan kakao. Lalu, di
Bondowoso di namakan “kebun percobaan andong sari” kecamatan pakem yang
terletak pada ketinggian 1100 m dari permukaan air laut dengan luas 60 hektare.
Disana meneliti kopi arabika dan kopi loak.
Kakao berasal dari
Amerika Tengah dan tumbuh di bawah pohon besar yang jadi ada naungannya. Jika
terlalu panas karena sinar matahari maka akan mati. Disini ada Naungan tetap yaitu
lamtoro tanpa biji dan kelapa, sedangkan naungan sementaranya yaitu jagung,
tebu, pisang. Namun mahoni disini sebagai wine briger karena kako tidak kuat
terhadap angin. Jenis tumbuhan kakao yang
di budidayakan adalah Kakao biji ungu ”Lindak Hibrida” dan kakao biji putih.
Namun lebih banyak kakaobiji ungu daripada biji putih karena biji putih produksinya
rendah. Tanaman kakao sangat strategis pada ketinggisn 600 m dari permukaan air
laut dengan pH 6-7 curah hujan 1500-2500. Jadi, di bantu dengan penyiraman.
Kakao di olah
menjadi cokelat dengan melalui 5 tahapan pokok. Yaitu penyaringan, pengupasan
kulit ari, pemastaan dan penghalusan pasta atau adonan cokelat. Untuk
mendapatkan produksi cokelat dari biji kakao di lakukan penyangraian dengan
wajan atau dengan alat penyangraian sederhana dengan silinder berputar yang
dipanasi api. Lalu kulit ari di kupas menggunakan mesin desheller yang dilengkapi dengan ayakan pemisah kulit sistem winnowing, selanjutnya proses pemastaan
dan penghalusan adonan cokelat dengan sistem ballmill. Lalu cokelat tersebut bisa di jadikan lemak kakao dan
bubuk cokelat melalui proses pengempaan, juga bisa di jadikan permen cokelat
dengan sistem ballmill tadi. Bahan
utama pembuatan permen cokelat berupa pasta cokelat, lemak, gula, dan susu
dicampur. Semuanya di campur menjadi adonan dengan mesin penghalus. Untuk
mendapatkan penampilan mengkilap dan homogen maka di tambahkan sedikit lesitin
sebagai emulsifier.
Sedangkan pengolahan
biji kopi ada yang primer dan skunder. Pengolahan biji primer dapat di olah
secara basah dan kering. Buah kopi yang
sudah masak disortasi secara teliti untuk memisahkan buah yang superior.
Sedangkan kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus di buang
karena dapat merusak mesin pengupas. Buah merah terpilih di olah dengan metoda
basah agar diperoleh biji kopi HS kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan
buah yang hijau-kuning diolah dengan cara pengolahan kering. Proses pengolahan
basah di awali dengan pengupasan kulit buah dengan mesin pengupas tipe
silinder. Mesin pengupas kopi brkapasitas 200-300 kg buah kopi perjam di
gerakkan dengan motor bakar bensin 5 PK. Alat ini juga dapat di operasikan
secara manual tanpa menggunakan mesin, akan tetapi hanya berkapasitas 80-100 kg
buah kopi perjam. Pengupasan buah kopi dilakukan dengan menyemprotkan air
kedalam silinder bersama dengan buah yang di kupas. Biasanya konsumsi air mencapai
7-9 m3 per ton buah kopi. Aliran air berfungsi untuk membantu
mekanisme pengaliran buah kopi sekaligus membersihkan lender. Lapisan air juga
berfungsi untuk mengurangi tekanan geseran silinder terhadap buah kopi sehingga
kulit tanduknya tidak pecah. Setelah di kupas lalu biji kopi di fermentasi
untuk menghilangkan sisa-sisa lender. Biasanya hanya untuk kopi Arabika yang
menghilangkan rasa pahit, tidak untuk kopi Robusta. Fermentasi dapat di lakukan
secara basah dengan air dan secara kering tanpa air. Setelah proses fermentasi
lalu dilakukan proses pencucian untuk menghilangkan sisa lendir hasil
fermentasi. Lalu biji kopi di keringkan untuk mengurangi kandungan air dari
dalam biji kopi.proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran, mekanis,
dan keduanya. Setelah di keringkan lalu biji kopi di kupas kulit tanduknya agar
menjadi biji kopi beras. Lalu biji kopi beras harus disortasi secara fisik atas
dasar ukuran dan cacat bijinya. Sortasi ukuran dilakukan dengan ayakan mekanis
tipe meja getar dengan kapasitas 400-1200 kg per jam.lalu setelah itu di
lakukan penggudangan yng bertujuan untuk menyimpan hasil panen setelah
disortasi dengan kondisi aman sebelum di pasarkan ke konsumen. Penyimpanan
harus memperhatikan kadar air, kebersihan gudang dan kelembapan. Kelembapan
tidak boleh lebih dari 70% dan kadar air sekitar 20%. Untuk daerah tropis untuk
pengkondisian gudang maka menggunakan kolektor tenaga surya.
Pada pengolahan
kopi sekunder, biji kopi beras di jadikan kopi bubuk untuk siap secara langsung
dapat di seduh. Tahap pertama yaitu proses penyangraian, dilakukan dengan cara
di panaskan lalu didinginkan dengan kipas. Selama pendinginan biji kopi diaduk
secara manual agar proses sangria menjadi rata dan warna menjadi hitam.
Biasanya penyangrain mmbutuhkan proses 7-30 menit. Lalu setelah itu dilakukan
proses pencampuran dengan beberapa jenis bahan baku atas dasar biji kopi
berasnya. Pencampuran dilakukan dengan alat pencampur tipe hexagonal. Lalu
setelah pencampuran biji kopi beras di haluskan menjadi bubuk kopi dengan
menggunakan alat penghalus tipe burrmill. Setelah penghalusan tersebut biji
kopi di kemas untuk mempertahankan aroma dan citarasa kopi bubuk. Kemudian
hasil kemasan dilakukan pengepakan untuk pemasaran pada konsumen.
Pusat penelitian
kebun kopi dan kakao merupakan salah satu pabrik yang menerapkan kegiatan tanpa
limbah (zero waste). Jadi, dengan
berbagai kegiatan pabrik yang menimbulkan sampah dan limbah tidak menimbulkan
penemaran lingkungan, karena semua sampah dan limbah dimanfaatkan kembali untuk
digunakan.
Limbah dari
kebun kopi dan kakao merupakan limbah pangkasan hijauan kakao yang dalam 1 tahun mencapai 5 ton. Sedangkan
limbah dari pangkasan lamtoro 15 ton setahun. Limbah dari buah kakao sendiri mencapai 70%
dari kulit kakao dan dari biji 30%. Limbah kulit mencapai 27 ton setahun. Limbah
di manfaatkan lagi dengan di buat kompos dan untuk makan ternak. Limbah kakao 1
ha biasanya untuk 15 ekor kambing dalam 1 tahun. Limbah kotoran kambing mencapai 8 ton untuk 15
ekor. Jadi, setelah menjadi pupuk maka tanaman kopi dan kakao sudah di pupuk 1,5
dari pupuk anjuran. Kotoran kambing untuk di buat biogas dan pakan cacing. Lalu
cacing di jadikan pupuk atau pakan ikan. Jadi, sumber biomassa di perkebunan kopi dan
kakao berasal dari kebun dan limbah pabrik. Dari pabrik pengolahan sendiri akan
dihasilkan kurang lebih 15-22m3 kulit kakao dan 5-10 m3 kulit
kopi perhektar pertahun. Potensi produksi gas dari bahan baku limbah tersebut
maka semakin hari akan semakin besar. Secara teknis, beberapa biomassa dapat di
gunakan sebagai bahan baku produksi biogas dengan cara mencampurnya pada
produksi tertentu. Namun ada beberapa persyaratan yang hasrus di penuhi agar
produksi gas dapat berlangsung secara optimal.
Tahap awal
proses produksi biogas adalah pengenceran dengan cara mencampur kotoran ternak
dengan air pada nisbah padatan dan air 1:1. Namun, jika kotoran ternak sudah
kering maka jumlah air harus di tambahkan lenih banyak, sampai batas kekentalan
yang diinginkan. Untuk kapasitas kecil, bahan baku biogas dan air dapat
dicampur secara manual menggunakan ember plastik. Sedangkan untuk kapasitas
besar dapat menggunakan mesin pencampur dngan kapasitas 0.15 m3 per
proses dengan waktu pencampuran antara 5-10 menit lalu dimasukkan ke dalam reaktor
biogas sampai gas yang di hasilkan stabil. Rancangan reaktor yang digunakan
adalah tipe fixed dome baik untuk
skala individu maupun skala kelompok tani di pedesaan. Produksi biogas akan
optimal jika campuran di masukkan di dalam reaktor yang memiliki pH 6-7.
Bakteri metanogen akan tumbuh pada suhu 25-35 oC. Biogas yang di
hasilkan akan di tampung beberapa hari di dalam ban bekas. Lalu dapat langsung
di alirkan ke kompor untuk di gunakan sebagai sumber panas pembakaran. Setiap 1
reaktor drum skala individu dengan bahan baku 1-2 kg kotoran ternak mampu
menghasilkan 0,48 m3 biogas perhari. Gas tersebut dapat di simpan
dalam beberapa ban dengan panen minimal 2 kali sehari. Di lihat dari kalor
pembakarannya, 1 m3 biogas setara dengan kalor pembakaran minyak
tanah sebanyak 0.50-0.60 liter. Kompor mampu mendidihkan air sebanyak 2 liter
selama 9-13 menit. Hasil survei menunjukkan bahwa 1 keluarga petani dengan anggota 4 orang membutuhkan minyak
tanah 0,75 liter perhari. Dengan demikian, 1 reaktor drum biogas dapat
mensubsitusi setengah dari kebutuhan petani sebagai ganti minyak tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar