Jumat, 26 Februari 2016

Paper Dinding Sel Sekunder





DINDING SEL SEKUNDER
Menurut Campbell (2010) dinding sel merupakan struktur ekstraseluler sel tumbuhan yang membedakan sel tersebut dengan sel hewan. Dinding sel berfungsi untuk melindungi sel tumbuhan, mempertahankan bentuknya, serta mencegah pengambilan air secara berlebihan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJE83EFNDLO-9WDy_C3CWG6QeG6ml6z9y0GckV2Dvpk4NeFrrWXPODpR2ekYCU9_Xzpw1_OCIHe5LAJavAZAtDxN1wfTfpQRRjll06OCJ2xnrA542FQ1h5qOOqnDDMbN_kI2OC91s3Hdk/s1600/New+Picture+(9).pngBerdasarkan perkembangan dan strukturnya dikenal tiga lapisan dinding, yakni lamela tengah, dinding primer, dan dinding sekunder (Hidayati, 2009: 33).

I.     Dinding Sel Sekunder
Dinding sel merupakan ekstraseluler sel tumbuhan yang membedakan sel tumbuhan dengan sel hewan. Dinding sel ini berfungsi untuk melindungi sel tumbuhan, mempertahankan bentuknya dan mencegah pengambilan air secara berlebihan. Dinding sel dihasilkan protoplas kea rah luar, senyawa utama yang ada didalamnya yaitu selulosa, senyawa lain adalah hemiselulosa, pectin, protein, serta zat seperti lignin (zat kayu), dan suberin (zat gabus). Berdasarkan perkembangan dan strukturnya terdapat tiga lapisan dinding sel yaitu lemela tengah, dinding primer, dan dinding sekunder.
II.     Lapisan-lapisan Dinding Sekunder
Dinding sel sekunder dibentuk didalam dinding sel primer, dinding sel sekunder merupakan lapisan tebal yang terbentuk setelah sel menjadi dewasa yang berfungsi memberikan perlindungan dan memberikan sokongan kuat pada sel dari air, dimana sebagian besar dinding sel sekunder terdiri atas 3 lapisan yaitu lapisan luar (S1), lapisan tengah (S2) dan lapisan dalam (S3). Namun ada juga sel yang mempunyai dinding sel sekunder lebih dari tiga lapisan. Pada sel kayu yang berdinding tebal sering kali dapat dibedakan 3 lapisan utama yang diberi nama S1, S2 dan S3. Lapisan S2 atau lapisan tengah merupakan lapisan yang memiliki bentuk paling tebal, sedangkan lapisan dalam atau S3 merupakan lapisan yang berbeda dari lapisan yang lain, sehingga lapisan ini disebut lapisan dinding tersier. Perbedaan lapisan-lapisan ini sering kali tidak jelas seperti lamella tengah dengan dinding sel primer yang kedua sisinya terlihat nampak seperti menjadi satu lapisan sehingga biasanya lapisan ini disebut lamela tengah majemuk.
Pemisahan dinding sekunder menjadi tiga lapisan (S) diakibatkan terutama oleh letak mikrofibril didalam ketiga lapisan itu. Pada umumnya mikrofibril dalam dinding cenderung berbentuk heliks. Dalam lapisan luar (S1) kemiringan heliks membentuk sudut besar dengan sumbu panjang sel sehingga letak mikrofibril hampir datar. Sedangkan pada lapisan tengah (S2) sudutnya kecil dan kemiringannya terjal. Pada lapisan dalam (S3) mikrofibril tersusun seperti lapisan luar (S1) dimana bersudut besar dengan sumbu panjang sel. Dinding primer berbeda dari dinding sekunder dalam susunan mikrofibrilnya yang acak. Pada umumnya lapisan-lapisan dinding sel sekunder memiliki fungsi yang sama yaitu memberikan perlindungan dan sokongan kuat pada sel dari air, hanya saja yang membedakan tebalnya lapisan karena letak dari mikrofibril dari ketiga lapisan tersebut.
Menurut Frey Wyssling (1976), lapisan yang paling dalam (S2/S3) mempunyai sifat yang berbeda dengan dinding sekunder yang ada. Lapisan dalam ini dapat berdiferensiasi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan membranogenoat dan lapisan yang penuh dengan bintil.




Gambar 2.1 Lapisan Dinding Sel Sekunder
III.     Komposisi Dinding Sel Sekunder
            Dinding sel hanya ditemukan pada sel tumbuhan, sehingga sel tumbuhan bersifat kokoh dan kaku atau tidak lentur seperti sel hewan. Dinding sel tumbuhan banyak tersusun atas selulosa, suatu polisakarida yang terdiri atas polimer glukan (polimer glukosa). Dinding sel tumbuhan berfungsi untuk melindungi, mempertahankan bentuknya serta mencegah kehilangan air secara berlebihan. Adanya dinding sel yang kuat, menyebabkan tumbuhan dapat berdiri tegak melawan gravitasi bumi. Didalam tumbuhan terdapat du jenis dinding sel yaitu dinding sel primer dan dinding sel sekunder. Disini kita akan membahas mengenai dinding sel sekunder. 
Beberapa senyawa penyusun dinding sel, antara lain:
1) Selulosa
Selulosa merupakan polisakarida dengan rumus (C6H10O5). tidak larut dalam air, air mendidih, asam dan alkali encer, serta KOH pekat. Dengan H2SO4 pekat dihidrolisa menjadi glukosa. Oleh enzim selulase diubah menjadi glukosa dan fruktosa.
Selulosa (C6H10O5) adalah polimer berantai panjang polisakarida karbohidrat, dari beta-glukosa. Selulosa merupakan komponen struktural utama dari tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh manusia. Kadar selulosa pada dinding sel adalah 35-50%
Gambar 3.1 Struktur kimia selulosa



Gambar 3.2 Ikatan hidrogen yang menghubungkan selulosa dengan selulosa lain

2) Hemiselulosa
Hemiselulosa yaitu polisakarida yang mengisi ruang antara serat-serat selulosa dalam dinding sel tumbuhan. Secara biokimiawi, hemiselulosa adalah semua polisakarida yang dapat diekstraksi dalah larutan basa (alkalis). Namanya berasal dari anggapan, yang ternyata diketahui tidak benar, bahwa hemiselulosa merupakan senyawa prekursor (pembentuk) selulosa.
Monomer penyusun hemiselulosa biasanya adalah rantai D-glukosa, ditambah dengan berbagai bentuk monosakarida yang terikat pada rantai, baik sebagai cabang atau mata rantai, seperti D-mannosa, D-galaktosa, D-fukosa, dan pentosa-pentosa seperti D-xilosa dan L-arabinosa.
Komponen utama hemiselulosa pada Dicotyledoneae didominasi oleh xiloglukan, sementara pada Monocotyledoneae komposisi hemiselulosa lebih bervariasi. Pada gandum, ia didominasi oleh arabinoksilan, sedangkan pada jelai dan haver didominasi oleh beta-glukan. Kadar hemiselulosa yang terkandung dalam dinding sel tumbuhan adalah 20-35%,
Hemiselulosa sangat hidrofilik dan sangat terhidrasi dan berbentuk gel. Hemiselulosa banyak dijumpai pada dinding sel primer tetapi juga di temukan pada dinding sel sekunder.
Xylan

galaktoglukomanna

arabinogalaktan
                          Gambar 3.3 Macam-macam struktur kimia hemiselulosa

3) Lignin
Zat kayu yang terdapat pada dinding sel yang telah mengkayu. Lignin atau zat kayu adalah salah satu zat komponen penyusun tumbuhan. Komposisi bahan penyusun ini berbeda-beda bergantung jenisnya. Lignin terutama terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak. Pada batang, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya, sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (seperti semen pada sebuah batang beton).
Berbeda dengan selulosa yang terbentuk dari gugus karbohidrat, struktur kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama. Gugus aromatik ditemukan pada lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3 karbon. Proses pirolisis lignin menghasilkan senyawa kimia aromatis berupa fenol, terutama kresol. Kadar lignin pada dinding sel tumbuhan adalah 10-25%.
4) Suberin
Suberin adalah lapisan pelindung bagian tumbuhan di bawah tanah. Suberin juga melindungi sel gabus yang terbentuk pada kulit pohon oleh kegiatan penghancuran dari pertumbuhan sekunder, dan ini terbentuk dari banyak sel sebagai jaringan luka setelah pelukaan (misalnya setelah gugur daun dan pada luka umbi kentang yang akan ditanam). Suberin juga terdapat pada dinding sel akar yang tak terluka sebagai pita Caspari di endodermis dan eksodermis serta di seludang berkas pembuluh pada rerumputan. Tumbuhan membentuk suberin bila perubahan secara fisiologis atau perubahan perkembangan, atau faktor cekaman, menyebabkan tumbuhan perlu menghambat difusi. Tapi pada tingkat molekul, kejadian yang menyebabkan terbentuknya suberin belum diketahui.
5) Pektin
Dapat ditemukan pada dinding sel dari buah yang mengandung banyak gula. Bila buah dimasak tampak beberapa zat gelatine.
Pektin merupakan segolongan polimer heterosakarida yang diperoleh dari dinding sel tumbuhan darat. Pertama kali diisolasi oleh Henri Braconnot tahun 1825. Wujud pektin yang diekstrak adalah bubuk putih hingga coklat terang. Pektin banyak dimanfaatkan pada industri pangan sebagai bahan perekat dan stabilizer (agar tidak terbentuk endapan).
Pektin pada sel tumbuhan merupakan penyusun lamela tengah, lapisan penyusun awal dinding sel. Sel-sel tertentu, seperti buah, cenderung mengumpulkan lebih banyak pektin. Pektinlah yang biasanya bertanggung jawab atas sifat "lekat".
Penggunaan pektin yang paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental (gelling agent) pada selai dan jelly. Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi, komponen permen, serta sebagai stabilizer untuk jus buah dan minuman dari susu, juga sebagai sumber serat dalam makanan.
Gambar 3.4 Struktur kimia pektin

6) Khitin
Dapat ditemukan pada dinding sel Fungi (jamur). Kitin adalah polisakarida struktural yang digunakan untuk menyusun eksoskleton dari artropoda (serangga, laba-laba, krustase, dan hewan-hewan lain sejenis). [1] Kitin tergolong homopolisakarida linear yang tersusun atas residu N-asetilglukosamin pada rantai beta dan memiliki monomer berupa molekul glukosa dengan cabang yang mengandung nitrogen. Kitin murni mirip dengan kulit, namun akan mengeras ketika dilapisi dengan garam kalsium karbonat. Kitin membentuk serat mirip selulosa yang tidak dapat dicerna oleh vertebrata.
Kitin adalah polimer yang paling melimpah di laut. Sedangkan pada kelimpahan di muka bumi, kitin menempati posisi kedua setelah selulosa. Hal ini karena kitin dapat ditemukan di berbagai organisme eukariotik termasuk serangga, molusca, krustase, fungi, alga, dan protista.
Gambar 3.5 Ikatan antara mikrofibril pada dinding sel


IV.     Proses Penebalan dinding Sel Sekunder
Menurut Hidayati(2009) Dinding sel sekunder terbentuk setelah sel selesai tumbuh, dan memiliki kerangka selulosa dan lignin sebagai unsur utamanya, juga di sertai berbagai zat nonselulosa namun tidak mengandung senyawa berpektin. Molekul-molekul tersebut berasal dari RE kasar, ribosom, dan badan golgi.
Retikulum endoplasma merupakanjejaring membrane yang sedimikan rupaekstensif sehingga menyusun lebih dari separuh total membran dalam banyak seleukariotik(Campbell, 2010:113).
Ribosom merupakan partikel kecil dengan diameter 17-20 nm, terdapat bebas di dalam sitoplasma di luar selaput RE dan di dalam inti, kloroplas, dan  mitokondria.
Badan golgi terdiri dari atas suatu system tumpukan sisterna bulat pipih yang masing-masing dibatasi oleh unit selaput halus. Setiap tumpukan tersebut disebut badan golgi atau diktiosom (Mulyani, 2006:59).
Di dalam ribosom protein di sintesis kemudian RE kasar membentuk vesikel transport yang di dalamnya terdapat protein-protein yang telah disintesis. Lalu vesikel tersebut menuju sisi cis badan golgi. Vesikel transport berfusi dengan sisterna badan golgi yang kemudian protein-protein di bawa ke dalam badan golgi. Badan golgi dapat membentuk makromolekul berupa polisakarida sebagai bahan utama dinding sel. Di dalam badangolgi polisakarida dan protein serta molekul-molekul lain di sintesis oleh enzim tertentu dan dimodifikasi oleh badan golgi. Hasil modifikasi molekul-molekul tersebut di bawa ke sisi trans badan golgi, lalu badan golgi membentuk tunas vesikel transport di sisi trans tersebut. Setelah vesikel terbentuk, vesikel tersebut menuju ke daerah membran plasma dan berfusi dengan membran plasma serta mengekskresikan molekul-molekulnya ke luar membran plasma. Perhatikan gambar 4.1.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTDfhR0FLI62RndSfWRxvHTuem4axZRdAtWY5N8sokcjvnkBcsVo5e5PdOKXZkD9orudX8D6gEKbCoHLv0d91Cc-ZogZzuXp29-50H5ZIDuH7wisYBR4rFxsE0IKsDNNFX6K_yGvV5lRto/s1600/Protein+disekresikan+melalui+membran.png
Gambar 4.1: (1)Vesikel transport terbentuk dari RE kasar menuju ke badan golgi, (2) Di dalam badan golgi makromolekul dimodifikasi, (3) vesikel terbentuk di sisi trans badan golgi, (4) makromolekul di bawa oleh vesikel transport menuju membran plasma.
Membran plasma memiliki enzim roset yang dapat mensintesis selulosa yang merupakan polisakarida. Perhatikan gambar 4.2. Di dalam satu sel terdapat 16 enzim roset yang dapat mensintesis selulosa sehingga membentuk fibril atau serabut. Semakin banyak benang fibril maka mikrofibril mulai terbantuk. Setelah mikrofibril mulai tersusun banyak maka disebut makrofibril. setelah makrofibril terbentuk lalu dinding sel dapat mengalami penebalan secara aposisi maupun intususepsi. Makrofibril-makrofibril tersebut membentuk beberapa lapisan di dalam dinding sel, sehingga dengan perbedaan penyusunan makrofibril dinding sel sekunder memiliki tiga lapisan atau lebih.
Tampaknya lapisan pada dinding sekunder sering kali terjadi karena perbedaan kepadatan serabut. Bagian-bagian yang jumlah serabut perunit areanya lebih banyak dan lebih tebal akan berwarna gelap. Daerah yang jumlah serabutnya tidak begitu banyak merupakan daerah terang, serabutnya longgar, dan ruang kapiler di antara serabut besar (Mulyani, 2006:44)










Gambar 4.2 : Enzim roset pada membran plasma mensintesis selulosa sehingga membentuk mikrofibril.












Gambar 4.3 : (A)struktur dinding sel secara rinci, (B) peanampang melintang sel dengan menunjukkan beberapa lapisan dinding sel, (C) memperlihatkan bagian dari dinding sel sekunder merupakan makrofibril, (D) bagian kecil dari makrofibril merupakan mikrofibril yang berwarna putih, (E) mikrofibril tersusun dari rantai molekul selulosa, (F) rantai selulosa tersusun dari kisikisi dalam ruang, (G) dua gugus glukosa yang di hubungkan dengan atom O merupakan sebagian darimolekul selulosa.













Gambar 4.4:  protein dari gen di bawa ke badan golgi dan juga sitoplasma,  hemiselulosa dan laktosa serta polisakarida dari bagdan golgi di bawa ke membran plasma kemudian di sekresikan dan membentuk dinding sel sekunder. Akibat adanya makrofibril yang berbeda-beda susunannya menyebabkan dinding sel sekunder memiliki beberapa lapisan.  

V.     Macam-macam Cara Penebalan Dinding Sel Sekunder
[Nuri Maharani (140210103006)]
Cara terbentuknya lapisan penebalan dinding sel ada 2 cara yang dapat dikemukakan yaitu :
  1. Aposisi, yaitu cara terbentuknya lapisan penebalan yang baru yang seolah-olah melekat pada dinding sel yang lama yang telah dibentuk pada lapisan penebalan pertama.Dengan cara palekatan tersebut maka dinding sel akan tampak berlapis-lapis seperti lamella-lamella penebalan cara ini menjadikan ruang sel menjadi lebih sempit.
  2. Intusussepsi, yaitu cara pembentukan lapisan penebalan yang tidak dilekatkan pada dinding atau membrane lama, melaikan dengan cara disisipkan di antara penebalan-penebalan yang telah ada. Cara penebalan ini tidak memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis seperti pada cara aposisi (Yayan, 1992: 56-57)
http://nzetc.victoria.ac.nz/etexts/Bio19Tuat01/Bio19Tuat01_048a(h280).jpg 




















Gambar 5.1 cara penebalan ada dua, yaitu intussuception dan apposition
Sementara itu, menurut arah penebalannya, penebalan dindig sel dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
  1. Sentripetal : penebalan ke arah pusat sel/dalam. Contoh : pada sel epidermis daun beringin (Ficus sp), terdapat tangkai selulosa yang akan memanjang dan kemudian dideposisikan zat CaCO3 yang makin lama makin banyak sel akan melebar dan disebut litokis. Penebalannya disebut sistolit.
2.      Sentrifugal; penebalan ke arah luar. Contoh :
a.       pada polen (ss), terdapat tonjolan-tonjolan yang merupakan penebalan ke arah luar
b.      pada rambut daun (trikoma), misal : daun Artocarpus communis  mempunyai rambut-rambut pelindung pada daunnya (Retnaningsih & Sudaryati, 2014: slide 30) .
Sebenarnya, belum ada keseragaman pendapat mengenai pertumbuhan dinding sel. Ada yang berpendapat, bahwa pertumbuhaan dilakukan dengan aposisi, yaitu pertumbuhan dengan menambahkan lapisan baru kearah sentripetal. Ada teori baru yang telah dikembangkan oleh Frey Wyssling dan Stecher (1951) dimana teori tersebut menerangkan bahwa dinding sel tumbuh dengan cara yang disebut pertumbuhan mozaik. Pada pertumbuhan mozaik, tekstur serabut dalam daerah dinding tertentu menjadi longgar karena adanya tekanan turgor yang kemudian diperbaiki dengan penimbunan mikroseabut baru dalam celah yang terjadi karena adanya retakan. Longgarnya jejaring serabut ini terjadi karena matriks dinding bersifat plastis. Pertumbuhan dinding ini melibatkan hormon pertumbuhan, protein, dan enzim yang terdapat dalam dinding sel.
Konsep pertumbuhan yang lain adalah teori pertumbuhan multinet (Houwink dan Roelofsen, 1954). Menurut teori ini penebalan dan peningkatan permukaan dinding primer terjadi melalui pemisahan mikroserabut yang melintang dan mengubah orientasinya. Perubahan orientasi yang dimaksud adalah pada awal pembentukan lamela yang hampir seluruhnya transversal menjadi hampir seluruhnya memanjang. Lamela baru lebih padat, bersilangan dan hampir seluruhnya berorientasi tegak. Mikroserabut ditambahkan secara sentripental. Pada sistem mikroserabut selulosa dapat diasumsikan bahwa menurut teori pertumbuhan multinet, serabut ditambahkan pada dinding sel yang tumbuh dengan cara aposisi. Menurut pertumbuhan mozaik, konsep instususepsi juga dapat terjadi. Matriks dinding yang terdiri atas hemiselulosa dan pektin terus-menerus disekresikan tidak hanya kedalam lamela yang berbatasan dengan sitoplasma, tetapi juga ke dalam lamela luar (Mulyani, 2006: 46-47)

VI.     Macam-macam Bentuk Penebalan Dinding Sel
            Tentang terjadinya penebalan sekunder ini ternyata pada sel tertentu, seperti halnya pada sel trachea atau selpembuluh kayu tidak menyeluruh pada dinding selnya, melainkan hanya setempat-setempat (Fahn, 1991:56). 
            Macam-macam penebalan sekunder pada pembuluh kayu yaitu:
a.              Penebalan Bentuk Cincin
Penebalan jenis cincin adalah pola penebalan dinding sekunder yang  paling sederhana. Lapisan sekunder tidak menutupi seluruh dinding permukaan dinding primer seperti pada sklereid dan serat, melainkan berupa cincin kecil di  bagian dalam dinding primer, setiap cincin terpisah dari cincin yang lain. Susunan seperti ini memberikan kekuatan pada sel yang robek, dan tidak menggunakan  bahan dinding primer yang cukup luas untuk memungkinkan air masuk dan keluar sel. Sebagaimana pada kebanyakan serat dan sklereid, bagian dinding sekunder  berlignin dan tanah air.
Penebalan jenis cincin tidak terlalu kuat sehingga sel cukup mudah rebah. Keuntungannya penebalan ini adalah memungkinkan unsur trakeal membentang ke arah panjang sehingga jarak antara dua cincin bertambah panjang. Ini karena sewaktu sel hidup disekelilingnya tumbuh dan meluas, sel-sel itu membentuk unsur trakeal meskipun mati, dapat memanjang karena berlekatan di lamela tengahnya masing-masing. Unsur trakeal ini dapat berdiferensiasi pada jaringan yang sedang tumbuh, kemudian berfungsi dan sekaligus memanjang karena tugas memasok air kebagian tumbuhanyang paling muda. Karena mampu dibentangkan, maka unsur trakeal tidak menghalangi peluasan sel disekelilingnya dan juga tidak akan lepas dari sel tersebut. Sementara sel memanjang, cincin akan terpisah satu sama lain. Namun, hal itu tidak dapat dilakukan terus menerus dan pada akhirnya cincin akan sobek juga.
b.             Penebalan Bentuk Tangga
Pada jenis penebalan ini dinding sekunder jauh lebih banyak perluasannya dibandingkan dengan kedua jenis yang terdahulu. Hampir setengah permukaan dinding primer tertutup olehnya. Pada preparat berwarna, dinding sekunder  berwarna gelap menyerupai anak tangga, dan ruang yang tidak tertutup pada dinding sekunder tampak seperti daerah yang lebar dan lonjong. Yang penting, arah penebalan sekunder tidak hanya melebar, melainkan juga vertikal sehingga unsur trakeal diperkuat disemua pihak. Dengan demikian dinding tidak akan rebah ke arah dalam dan juga tahan terhadap pemanjang yang dilakukan pertumbuhan sel sekelilingnya. Sel ini dapat lepas dari sel sekelilingnya atau menghambat  pertumbuhannya. Sifat seperti ini tidak dapat dipakai oleh unsur trakeal yang erdapat pada organ yang sedang tumbuh melainkan hanya bermanfaat untuk  bagian organ yang proses pemanjangan primernya telah berhenti.
c.              Penebalan Bentuk Spiral
Pola penebalan ini serupa dengan perubahan jenis cincin namun dinding sekunder berupa satu atau dua spiral. Keuntungan dan kerugiannya sama dengan  jenis cincin. Pada sel muda, penebalan spiral merapat sekali, namun sewaktu sel memanjang akibat pertumbuhan sel sekelilingnya, spiral juga merenggang menjadi kurang rapat. Sel ini juga akhirnya akan sobek oleh perluasan sel-sel didekatnya.
d.             Penebalan Bentuk Jala
Penebalan sekunder disini tidak teratur seperti pada penebalan tangga tetapi menyusun bentuk jala yang kurang teratur. Bagian penebalan vertikal lebih  banyak lagi, dan sebagaimana untuk jenis tangga, jenis jala ini pun tidak bisa meluas selnya.

Gambar 6.1 macam-macam penebalan di dalam pembuluh kayu
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Estiti. 2009. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Retnaningsih & Sudaryati. 2014. Dinding Sel. Unnes : Pendidikan IPA S2 Konsntrasi Biologi Program Pasca Sarjana (slide power point).
Sumardi, Iserep. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press

Sutrian, Yayan. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan. Jakarta: Rineka Cipta

Fahn. 1991. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press(terjemahan).
Campbell. 2010. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga(terjemahan).
Pandey. 1995. Plant Physiology. Delhi: Sheel Print N Pack
 

DAFTAR ISTILAH
Selulosa :          Selulosa adalah molekul yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen, dan ditemukan dalam struktur selular hampir semua materi tanaman. Selulosa adalah komponen utama dari dinding sel tumbuhan, dan bahan bangunan dasar bagi banyak tekstil dan kertas. Kapas adalah bentuk alami murni selulosa.
Hemiselulosa:    Hemiselulosa merupakan suatu polisakarida lain yang terdapat dalam tanaman dan tergolong senyawa organik yang bersifat non-kristalin dan tidak bersifat serat, mudah mengembang karena itu hemiselulosa sangat berpengaruh terhadap bentuknya jalinan antara serat pada saat pembentukan lembaran, lebih mudah larut dalam pelarut alkali dan lebih mudah dihidrolisis dengan asam.
Lignin:                  Lignin merupakan salah satu komponen kimia penyusun kayu selain dariselulosa, hemiselulosa dan ekstraktif. Lignin adalah gabungan beberapa senyawa yang hubungannya erat satu sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, namun proporsi karbonnya lebih tinggi dibanding senyawa karbohidrat.
Suberin:           lapisan pelindung bagian tumbuhan di bawah tanah. Suberin juga melindungi sel gabus yang terbentuk pada kulit pohon oleh kegiatan penghancuran dari pertumbuhan sekunder, dan ini terbentuk dari banyak sel sebagai jaringan luka setelah pelukaan (misalnya setelah gugur daun dan pada luka umbi kentang yang akan ditanam). Tumbuhan membentuk suberin bila perubahan secara fisiologis atau perubahan perkembangan, atau faktor cekaman, menyebabkan tumbuhan perlu menghambat difusi. Tapi pada tingkat molekul, kejadian yang menyebabkan terbentuknya suberin belum diketahui.
Tanin:               senyawa polipenol yang mempunyai berat molekul tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus lainnya (seperti karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein dan makromolekul lainnya di bawah kondisi lingkungan tertentu.
Pektin:              substansi alami yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Dinding sel menentukan ukuran dan bentuk sel dan menyebabkan integritas dan kekakuan jaringan tanaman. Pektin berfungsi sebagai elemen struktural pada proses pertumbuhan serta sebagai perekat dan penjaga stabilitas jaringan dan sel. Struktur pektin memiliki kemiripan dengan struktur selulosa. Bedanya adalah pektin memiliki gugus metil ester sedangkan selulosa tidak.
Kutin:               salah satu komponen pembentuk kutikula pada tumbuhan/ lapisan lilin yang meliputi permukaan tumbuhan






1 komentar: