DINDING SEL SEKUNDER
Menurut Campbell (2010)
dinding sel merupakan struktur ekstraseluler sel tumbuhan yang membedakan sel
tersebut dengan sel hewan. Dinding sel berfungsi untuk melindungi sel tumbuhan,
mempertahankan bentuknya, serta mencegah pengambilan air secara berlebihan.
Berdasarkan perkembangan dan
strukturnya dikenal tiga lapisan dinding, yakni lamela tengah, dinding primer,
dan dinding sekunder (Hidayati, 2009: 33).
I.
Dinding
Sel Sekunder
Dinding
sel merupakan ekstraseluler sel tumbuhan yang membedakan sel tumbuhan dengan
sel hewan. Dinding sel ini berfungsi untuk melindungi sel tumbuhan,
mempertahankan bentuknya dan mencegah pengambilan air secara berlebihan.
Dinding sel dihasilkan protoplas kea rah luar, senyawa utama yang ada
didalamnya yaitu selulosa, senyawa lain adalah hemiselulosa, pectin, protein,
serta zat seperti lignin (zat kayu), dan suberin (zat gabus). Berdasarkan
perkembangan dan strukturnya terdapat tiga lapisan dinding sel yaitu lemela
tengah, dinding primer, dan dinding sekunder.
II.
Lapisan-lapisan
Dinding Sekunder
Dinding sel sekunder
dibentuk didalam dinding sel primer, dinding sel sekunder merupakan lapisan
tebal yang terbentuk setelah sel menjadi dewasa yang berfungsi memberikan
perlindungan dan memberikan sokongan kuat pada sel dari air, dimana sebagian
besar dinding sel sekunder terdiri atas 3 lapisan yaitu lapisan luar (S1),
lapisan tengah (S2) dan lapisan dalam (S3). Namun ada juga sel yang mempunyai
dinding sel sekunder lebih dari tiga lapisan. Pada sel kayu yang berdinding
tebal sering kali dapat dibedakan 3 lapisan utama yang diberi nama S1, S2 dan
S3. Lapisan S2 atau lapisan tengah merupakan lapisan yang memiliki bentuk
paling tebal, sedangkan lapisan dalam atau S3 merupakan lapisan yang berbeda
dari lapisan yang lain, sehingga lapisan ini disebut lapisan dinding tersier.
Perbedaan lapisan-lapisan ini sering kali tidak jelas seperti lamella tengah
dengan dinding sel primer yang kedua sisinya terlihat nampak seperti menjadi
satu lapisan sehingga biasanya lapisan ini disebut lamela tengah majemuk.
Pemisahan dinding
sekunder menjadi tiga lapisan (S) diakibatkan terutama oleh letak mikrofibril
didalam ketiga lapisan itu. Pada umumnya mikrofibril dalam dinding cenderung
berbentuk heliks. Dalam lapisan luar (S1) kemiringan heliks membentuk sudut
besar dengan sumbu panjang sel sehingga letak mikrofibril hampir datar.
Sedangkan pada lapisan tengah (S2) sudutnya kecil dan kemiringannya terjal.
Pada lapisan dalam (S3) mikrofibril tersusun seperti lapisan luar (S1) dimana
bersudut besar dengan sumbu panjang sel. Dinding primer berbeda dari dinding
sekunder dalam susunan mikrofibrilnya yang acak. Pada umumnya lapisan-lapisan
dinding sel sekunder memiliki fungsi yang sama yaitu memberikan perlindungan
dan sokongan kuat pada sel dari air, hanya saja yang membedakan tebalnya
lapisan karena letak dari mikrofibril dari ketiga lapisan tersebut.
Menurut Frey
Wyssling (1976), lapisan yang paling dalam (S2/S3) mempunyai sifat yang berbeda
dengan dinding sekunder yang ada. Lapisan dalam ini dapat berdiferensiasi
menjadi dua lapisan, yaitu lapisan membranogenoat dan lapisan yang penuh dengan
bintil.
Gambar 2.1 Lapisan Dinding Sel Sekunder
III.
Komposisi
Dinding Sel Sekunder
Dinding
sel hanya ditemukan pada sel tumbuhan, sehingga sel tumbuhan bersifat kokoh dan
kaku atau tidak lentur seperti sel hewan. Dinding sel tumbuhan banyak tersusun
atas selulosa, suatu polisakarida yang terdiri atas polimer glukan (polimer
glukosa). Dinding sel tumbuhan berfungsi untuk melindungi, mempertahankan
bentuknya serta mencegah kehilangan air secara berlebihan. Adanya dinding sel
yang kuat, menyebabkan tumbuhan dapat berdiri tegak melawan gravitasi bumi.
Didalam tumbuhan terdapat du jenis dinding sel yaitu dinding sel primer dan
dinding sel sekunder. Disini kita akan membahas mengenai dinding sel sekunder.
1) Selulosa
Selulosa merupakan polisakarida
dengan rumus (C6H10O5). tidak larut dalam air, air mendidih, asam dan alkali
encer, serta KOH pekat. Dengan H2SO4 pekat dihidrolisa menjadi glukosa. Oleh
enzim selulase diubah menjadi glukosa dan fruktosa.
Selulosa (C6H10O5) adalah polimer
berantai panjang polisakarida karbohidrat, dari beta-glukosa. Selulosa
merupakan komponen struktural utama dari tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh
manusia. Kadar selulosa pada dinding sel adalah 35-50%
2) Hemiselulosa
Hemiselulosa yaitu polisakarida yang
mengisi ruang antara serat-serat selulosa dalam dinding sel tumbuhan. Secara
biokimiawi, hemiselulosa adalah semua polisakarida yang dapat diekstraksi dalah
larutan basa (alkalis). Namanya berasal dari anggapan, yang ternyata diketahui
tidak benar, bahwa hemiselulosa merupakan senyawa prekursor (pembentuk)
selulosa.
Monomer penyusun hemiselulosa
biasanya adalah rantai D-glukosa, ditambah dengan berbagai bentuk monosakarida
yang terikat pada rantai, baik sebagai cabang atau mata rantai, seperti
D-mannosa, D-galaktosa, D-fukosa, dan pentosa-pentosa seperti D-xilosa dan
L-arabinosa.
Komponen utama hemiselulosa pada
Dicotyledoneae didominasi oleh xiloglukan, sementara pada Monocotyledoneae
komposisi hemiselulosa lebih bervariasi. Pada gandum, ia didominasi oleh
arabinoksilan, sedangkan pada jelai dan haver didominasi oleh beta-glukan.
Kadar hemiselulosa yang terkandung dalam dinding sel tumbuhan adalah 20-35%,
Hemiselulosa sangat hidrofilik dan sangat terhidrasi dan
berbentuk gel. Hemiselulosa banyak dijumpai pada dinding sel primer tetapi juga
di temukan pada dinding sel sekunder.
Gambar 3.3 Macam-macam struktur kimia hemiselulosa
3) Lignin
Zat kayu yang terdapat pada dinding
sel yang telah mengkayu. Lignin atau zat kayu adalah salah satu zat komponen
penyusun tumbuhan. Komposisi bahan penyusun ini berbeda-beda bergantung
jenisnya. Lignin terutama terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan
semak. Pada batang, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun
lainnya, sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (seperti semen pada sebuah
batang beton).
Berbeda dengan selulosa yang
terbentuk dari gugus karbohidrat, struktur kimia lignin sangat kompleks dan
tidak berpola sama. Gugus aromatik ditemukan pada lignin, yang saling
dihubungkan dengan rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3 karbon. Proses pirolisis
lignin menghasilkan senyawa kimia aromatis berupa fenol, terutama kresol. Kadar
lignin pada dinding sel tumbuhan adalah 10-25%.
4) Suberin
Suberin adalah lapisan pelindung
bagian tumbuhan di bawah tanah. Suberin juga melindungi sel gabus yang
terbentuk pada kulit pohon oleh kegiatan penghancuran dari pertumbuhan
sekunder, dan ini terbentuk dari banyak sel sebagai jaringan luka setelah
pelukaan (misalnya setelah gugur daun dan pada luka umbi kentang yang akan
ditanam). Suberin juga terdapat pada dinding sel akar yang tak terluka sebagai
pita Caspari di endodermis dan eksodermis serta di seludang berkas pembuluh
pada rerumputan. Tumbuhan membentuk suberin bila perubahan secara fisiologis
atau perubahan perkembangan, atau faktor cekaman, menyebabkan tumbuhan perlu
menghambat difusi. Tapi pada tingkat molekul, kejadian yang menyebabkan
terbentuknya suberin belum diketahui.
5) Pektin
Dapat ditemukan pada dinding sel
dari buah yang mengandung banyak gula. Bila buah dimasak tampak beberapa zat
gelatine.
Pektin merupakan segolongan polimer
heterosakarida yang diperoleh dari dinding sel tumbuhan darat. Pertama kali
diisolasi oleh Henri Braconnot tahun 1825. Wujud pektin yang diekstrak adalah
bubuk putih hingga coklat terang. Pektin banyak dimanfaatkan pada industri pangan
sebagai bahan perekat dan stabilizer (agar tidak terbentuk endapan).
Pektin pada sel tumbuhan merupakan
penyusun lamela tengah, lapisan penyusun awal dinding sel. Sel-sel tertentu,
seperti buah, cenderung mengumpulkan lebih banyak pektin. Pektinlah yang
biasanya bertanggung jawab atas sifat "lekat".
Penggunaan pektin yang paling umum
adalah sebagai bahan perekat/pengental (gelling agent) pada selai dan jelly.
Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi, komponen permen, serta
sebagai stabilizer untuk jus buah dan minuman dari susu, juga sebagai sumber
serat dalam makanan.
6) Khitin
Dapat ditemukan pada dinding sel
Fungi (jamur). Kitin adalah polisakarida struktural yang digunakan untuk
menyusun eksoskleton dari artropoda (serangga, laba-laba, krustase, dan
hewan-hewan lain sejenis). [1] Kitin tergolong homopolisakarida linear yang
tersusun atas residu N-asetilglukosamin pada rantai beta dan memiliki monomer
berupa molekul glukosa dengan cabang yang mengandung nitrogen. Kitin murni
mirip dengan kulit, namun akan mengeras ketika dilapisi dengan garam kalsium
karbonat. Kitin membentuk serat mirip selulosa yang tidak dapat dicerna oleh
vertebrata.
Kitin adalah polimer yang paling
melimpah di laut. Sedangkan pada kelimpahan di muka bumi, kitin menempati
posisi kedua setelah selulosa. Hal ini karena kitin dapat ditemukan di berbagai
organisme eukariotik termasuk serangga, molusca, krustase, fungi, alga, dan
protista.
|
Gambar
3.5 Ikatan antara mikrofibril pada dinding sel
|
IV.
Proses
Penebalan dinding Sel Sekunder
Menurut Hidayati(2009) Dinding sel
sekunder terbentuk setelah sel selesai tumbuh, dan memiliki kerangka selulosa
dan lignin sebagai unsur utamanya, juga di sertai berbagai zat nonselulosa
namun tidak mengandung senyawa berpektin. Molekul-molekul tersebut berasal dari
RE kasar, ribosom, dan badan golgi.
Retikulum endoplasma
merupakanjejaring membrane yang sedimikan rupaekstensif sehingga menyusun lebih
dari separuh total membran dalam banyak seleukariotik(Campbell, 2010:113).
Ribosom merupakan partikel kecil
dengan diameter 17-20 nm, terdapat bebas di dalam sitoplasma di luar selaput RE
dan di dalam inti, kloroplas, dan mitokondria.
Badan golgi terdiri dari atas suatu
system tumpukan sisterna bulat pipih yang masing-masing dibatasi oleh unit
selaput halus. Setiap tumpukan tersebut disebut badan golgi atau diktiosom
(Mulyani, 2006:59).
Di
dalam ribosom protein di sintesis kemudian RE kasar membentuk vesikel transport
yang di dalamnya terdapat protein-protein yang telah disintesis. Lalu vesikel
tersebut menuju sisi cis badan golgi. Vesikel transport berfusi dengan sisterna
badan golgi yang kemudian protein-protein di bawa ke dalam badan golgi. Badan
golgi dapat membentuk makromolekul berupa polisakarida sebagai bahan utama
dinding sel. Di dalam badangolgi polisakarida dan protein serta molekul-molekul
lain di sintesis oleh enzim tertentu dan dimodifikasi oleh badan golgi. Hasil
modifikasi molekul-molekul tersebut di bawa ke sisi trans badan golgi, lalu
badan golgi membentuk tunas vesikel transport di sisi trans tersebut. Setelah
vesikel terbentuk, vesikel tersebut menuju ke daerah membran plasma dan berfusi
dengan membran plasma serta mengekskresikan molekul-molekulnya ke luar membran
plasma. Perhatikan gambar 4.1.
Gambar
4.1: (1)Vesikel transport terbentuk dari
RE kasar menuju ke badan golgi, (2) Di dalam badan golgi makromolekul
dimodifikasi, (3) vesikel terbentuk di sisi trans badan golgi, (4) makromolekul
di bawa oleh vesikel transport menuju membran plasma.
Membran
plasma memiliki enzim roset yang dapat mensintesis selulosa yang merupakan
polisakarida. Perhatikan gambar 4.2. Di dalam satu sel terdapat 16 enzim roset
yang dapat mensintesis selulosa sehingga membentuk fibril atau serabut. Semakin
banyak benang fibril maka mikrofibril mulai terbantuk. Setelah mikrofibril
mulai tersusun banyak maka disebut makrofibril. setelah makrofibril terbentuk
lalu dinding sel dapat mengalami penebalan secara aposisi maupun intususepsi. Makrofibril-makrofibril
tersebut membentuk beberapa lapisan di dalam dinding sel, sehingga dengan
perbedaan penyusunan makrofibril dinding sel sekunder memiliki tiga lapisan
atau lebih.
Tampaknya
lapisan pada dinding sekunder sering kali terjadi karena perbedaan kepadatan
serabut. Bagian-bagian yang jumlah serabut perunit areanya lebih banyak dan
lebih tebal akan berwarna gelap. Daerah yang jumlah serabutnya tidak begitu
banyak merupakan daerah terang, serabutnya longgar, dan ruang kapiler di antara
serabut besar (Mulyani, 2006:44)
Gambar 4.2 :
Enzim roset pada membran plasma mensintesis selulosa sehingga membentuk
mikrofibril.
Gambar
4.3 : (A)struktur dinding sel secara rinci, (B) peanampang melintang sel dengan
menunjukkan beberapa lapisan dinding sel, (C) memperlihatkan bagian dari
dinding sel sekunder merupakan makrofibril, (D) bagian kecil dari makrofibril
merupakan mikrofibril yang berwarna putih, (E) mikrofibril tersusun dari rantai
molekul selulosa, (F) rantai selulosa tersusun dari kisikisi dalam ruang, (G)
dua gugus glukosa yang di hubungkan dengan atom O merupakan sebagian
darimolekul selulosa.
Gambar 4.4: protein dari gen di bawa ke badan golgi dan
juga sitoplasma, hemiselulosa dan
laktosa serta polisakarida dari bagdan golgi di bawa ke membran plasma kemudian
di sekresikan dan membentuk dinding sel sekunder. Akibat adanya makrofibril
yang berbeda-beda susunannya menyebabkan dinding sel sekunder memiliki beberapa
lapisan.
V.
Macam-macam
Cara Penebalan Dinding Sel Sekunder
[Nuri
Maharani (140210103006)]
Cara terbentuknya lapisan
penebalan dinding sel ada 2 cara yang dapat dikemukakan yaitu :
- Aposisi, yaitu cara terbentuknya lapisan penebalan yang baru yang seolah-olah melekat pada dinding sel yang lama yang telah dibentuk pada lapisan penebalan pertama.Dengan cara palekatan tersebut maka dinding sel akan tampak berlapis-lapis seperti lamella-lamella penebalan cara ini menjadikan ruang sel menjadi lebih sempit.
- Intusussepsi, yaitu cara pembentukan lapisan penebalan yang tidak dilekatkan pada dinding atau membrane lama, melaikan dengan cara disisipkan di antara penebalan-penebalan yang telah ada. Cara penebalan ini tidak memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis seperti pada cara aposisi (Yayan, 1992: 56-57)
Gambar
5.1 cara penebalan ada dua, yaitu intussuception
dan apposition
Sementara itu, menurut arah
penebalannya, penebalan dindig sel dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
- Sentripetal : penebalan ke arah pusat sel/dalam. Contoh : pada sel epidermis daun beringin (Ficus sp), terdapat tangkai selulosa yang akan memanjang dan kemudian dideposisikan zat CaCO3 yang makin lama makin banyak sel akan melebar dan disebut litokis. Penebalannya disebut sistolit.
2. Sentrifugal;
penebalan ke arah luar. Contoh :
a. pada
polen (ss), terdapat tonjolan-tonjolan yang merupakan penebalan ke arah luar
b. pada
rambut daun (trikoma), misal : daun Artocarpus communis mempunyai rambut-rambut pelindung pada
daunnya (Retnaningsih & Sudaryati, 2014: slide 30) .
Sebenarnya, belum ada
keseragaman pendapat mengenai pertumbuhan dinding sel. Ada yang berpendapat,
bahwa pertumbuhaan dilakukan dengan aposisi, yaitu pertumbuhan dengan
menambahkan lapisan baru kearah sentripetal. Ada teori baru yang telah
dikembangkan oleh Frey Wyssling dan Stecher (1951) dimana teori tersebut
menerangkan bahwa dinding sel tumbuh dengan cara yang disebut pertumbuhan
mozaik. Pada pertumbuhan mozaik, tekstur serabut dalam daerah dinding
tertentu menjadi longgar karena adanya tekanan turgor yang kemudian diperbaiki
dengan penimbunan mikroseabut baru dalam celah yang terjadi karena adanya
retakan. Longgarnya jejaring serabut ini terjadi karena matriks dinding
bersifat plastis. Pertumbuhan dinding ini melibatkan hormon pertumbuhan,
protein, dan enzim yang terdapat dalam dinding sel.
Konsep pertumbuhan yang lain
adalah teori pertumbuhan multinet (Houwink dan Roelofsen, 1954). Menurut teori
ini penebalan dan peningkatan permukaan dinding primer terjadi melalui
pemisahan mikroserabut yang melintang dan mengubah orientasinya. Perubahan
orientasi yang dimaksud adalah pada awal pembentukan lamela yang hampir
seluruhnya transversal menjadi hampir seluruhnya memanjang. Lamela baru lebih
padat, bersilangan dan hampir seluruhnya berorientasi tegak. Mikroserabut
ditambahkan secara sentripental. Pada sistem mikroserabut selulosa dapat
diasumsikan bahwa menurut teori pertumbuhan multinet, serabut ditambahkan pada
dinding sel yang tumbuh dengan cara aposisi. Menurut pertumbuhan mozaik, konsep
instususepsi juga dapat terjadi. Matriks dinding yang terdiri atas hemiselulosa
dan pektin terus-menerus disekresikan tidak hanya kedalam lamela yang
berbatasan dengan sitoplasma, tetapi juga ke dalam lamela luar (Mulyani, 2006:
46-47)
VI.
Macam-macam
Bentuk Penebalan Dinding Sel
Tentang
terjadinya penebalan sekunder ini ternyata pada sel tertentu, seperti halnya
pada sel trachea atau selpembuluh kayu tidak menyeluruh pada dinding selnya,
melainkan hanya setempat-setempat (Fahn, 1991:56).
Macam-macam
penebalan sekunder pada pembuluh kayu yaitu:
a.
Penebalan Bentuk Cincin
Penebalan jenis cincin adalah pola
penebalan dinding sekunder yang paling sederhana. Lapisan sekunder tidak
menutupi seluruh dinding permukaan dinding primer seperti pada sklereid dan
serat, melainkan berupa cincin kecil di bagian dalam dinding primer,
setiap cincin terpisah dari cincin yang lain. Susunan seperti ini memberikan
kekuatan pada sel yang robek, dan tidak menggunakan bahan dinding primer
yang cukup luas untuk memungkinkan air masuk dan keluar sel. Sebagaimana pada
kebanyakan serat dan sklereid, bagian dinding sekunder berlignin dan
tanah air.
Penebalan
jenis cincin tidak terlalu kuat sehingga
sel cukup mudah rebah. Keuntungannya penebalan
ini adalah memungkinkan unsur trakeal membentang ke arah panjang sehingga jarak
antara dua cincin bertambah panjang. Ini karena sewaktu sel hidup
disekelilingnya tumbuh dan meluas, sel-sel itu membentuk unsur trakeal meskipun
mati, dapat memanjang karena berlekatan di lamela tengahnya masing-masing.
Unsur trakeal ini dapat berdiferensiasi pada jaringan yang sedang tumbuh, kemudian
berfungsi dan sekaligus memanjang karena tugas memasok air kebagian
tumbuhanyang paling muda. Karena mampu dibentangkan, maka unsur trakeal tidak
menghalangi peluasan sel disekelilingnya dan juga tidak akan lepas dari sel
tersebut. Sementara sel memanjang, cincin akan terpisah satu sama lain. Namun,
hal itu tidak dapat dilakukan terus menerus dan pada akhirnya cincin akan sobek
juga.
b.
Penebalan Bentuk Tangga
Pada jenis penebalan ini dinding
sekunder jauh lebih banyak perluasannya dibandingkan dengan kedua jenis yang
terdahulu. Hampir setengah permukaan dinding primer tertutup olehnya. Pada
preparat berwarna, dinding sekunder berwarna gelap menyerupai anak
tangga, dan ruang yang tidak tertutup pada dinding sekunder tampak seperti
daerah yang lebar dan lonjong. Yang penting, arah penebalan sekunder tidak
hanya melebar, melainkan juga vertikal sehingga unsur trakeal diperkuat disemua
pihak. Dengan demikian dinding tidak akan rebah ke arah dalam dan juga tahan
terhadap pemanjang yang dilakukan pertumbuhan sel sekelilingnya. Sel ini dapat
lepas dari sel sekelilingnya atau menghambat pertumbuhannya. Sifat
seperti ini tidak dapat dipakai oleh unsur trakeal yang erdapat
pada organ yang sedang tumbuh melainkan hanya bermanfaat untuk bagian
organ yang proses pemanjangan
primernya telah berhenti.
c.
Penebalan Bentuk Spiral
Pola penebalan ini serupa dengan
perubahan jenis cincin namun dinding sekunder berupa satu atau dua spiral.
Keuntungan dan kerugiannya sama dengan jenis cincin. Pada sel muda,
penebalan spiral merapat sekali, namun sewaktu sel memanjang akibat pertumbuhan
sel sekelilingnya, spiral juga merenggang menjadi kurang rapat. Sel ini juga
akhirnya akan sobek oleh perluasan sel-sel didekatnya.
d.
Penebalan Bentuk Jala
Penebalan sekunder disini tidak
teratur seperti pada penebalan tangga tetapi menyusun bentuk jala yang kurang
teratur. Bagian penebalan vertikal lebih banyak lagi, dan sebagaimana
untuk jenis tangga, jenis jala ini pun tidak bisa meluas selnya.
Gambar
6.1 macam-macam penebalan di dalam pembuluh kayu
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati,
Estiti. 2009. Anatomi Tumbuhan Berbiji.
Bandung: Penerbit ITB
Mulyani,
Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Retnaningsih
& Sudaryati. 2014. Dinding Sel. Unnes : Pendidikan IPA S2 Konsntrasi
Biologi Program Pasca Sarjana (slide power point).
Sumardi, Iserep. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Yogyakarta: UGM Press
Sutrian, Yayan. 1992. Pengantar
Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan.
Jakarta: Rineka Cipta
Fahn.
1991. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press(terjemahan).
Campbell. 2010. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga(terjemahan).
Pandey. 1995. Plant Physiology. Delhi: Sheel Print N Pack
DAFTAR ISTILAH
Selulosa
: Selulosa adalah molekul yang terdiri dari karbon,
hidrogen, dan oksigen, dan ditemukan dalam struktur selular hampir semua materi
tanaman. Selulosa adalah komponen utama dari dinding sel tumbuhan, dan bahan
bangunan dasar bagi banyak tekstil dan kertas. Kapas adalah bentuk alami murni
selulosa.
Hemiselulosa: Hemiselulosa
merupakan suatu polisakarida lain yang terdapat dalam tanaman dan tergolong
senyawa organik yang bersifat non-kristalin dan tidak bersifat serat, mudah
mengembang karena itu hemiselulosa sangat berpengaruh terhadap bentuknya
jalinan antara serat pada saat pembentukan lembaran, lebih mudah larut dalam
pelarut alkali dan lebih mudah dihidrolisis dengan asam.
Lignin: Lignin merupakan salah satu komponen kimia penyusun kayu
selain dariselulosa, hemiselulosa dan ekstraktif. Lignin adalah gabungan beberapa
senyawa yang hubungannya erat satu sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan
oksigen, namun proporsi karbonnya lebih tinggi dibanding senyawa karbohidrat.
Suberin: lapisan pelindung bagian tumbuhan di bawah tanah. Suberin
juga melindungi sel gabus yang terbentuk pada kulit pohon oleh kegiatan
penghancuran dari pertumbuhan sekunder, dan ini terbentuk dari banyak sel
sebagai jaringan luka setelah pelukaan (misalnya setelah gugur daun dan pada
luka umbi kentang yang akan ditanam). Tumbuhan membentuk suberin bila perubahan
secara fisiologis atau perubahan perkembangan, atau faktor cekaman, menyebabkan
tumbuhan perlu menghambat difusi. Tapi pada tingkat molekul, kejadian yang
menyebabkan terbentuknya suberin belum diketahui.
Tanin: senyawa polipenol yang mempunyai berat molekul tinggi dan
mempunyai gugus hidroksil dan gugus lainnya (seperti karboksil) sehingga dapat
membentuk kompleks dengan protein dan makromolekul lainnya di bawah kondisi
lingkungan tertentu.
Pektin: substansi alami yang terdapat pada dinding sel tumbuhan.
Dinding sel menentukan ukuran dan bentuk sel dan menyebabkan integritas dan
kekakuan jaringan tanaman. Pektin berfungsi sebagai elemen struktural pada
proses pertumbuhan serta sebagai perekat dan penjaga stabilitas jaringan dan
sel. Struktur pektin memiliki kemiripan dengan struktur selulosa. Bedanya
adalah pektin memiliki gugus metil ester sedangkan selulosa tidak.
Kutin: salah satu komponen pembentuk kutikula pada tumbuhan/
lapisan lilin yang meliputi permukaan tumbuhan
lengkap sekali infonya kak
BalasHapusElever Media Indonesia