Selasa, 16 Juni 2015

Laporan PUSLIT



TPA Pakusari dan Pusat Penelitian Kebun Renteng Jember
1. TPA Pakusari
TPA (tempat pembuangan akhir) Pakusari merupakan tempatpembuangan sampah dari tiga kecamatan di kota Jember, yaitu Patrang, Kaliwates, dan Sumbersari, yang  mencakup desa Sukowono, Kalisat, Mayang, Silo, dan Rambi. Setiap hari  sampah dapat mencapai 600 m3/hari dengan jumlah truk pengangkut 32 armada pengantar sampah. Biasanya dari pasar tanjung 4 m3/ hr dan dari 10 titik pembuangan sampah dapat mencapai 50 m3/hari untuk pasar-pasar. TPA Pakusari berdiri mulai tahun 1991 dengan luas 6,8 hektare, namun lahan ini tidak mencukupi untuk menampung sampah. Area akan menjadi ideal jika di tambah 4.5 hektar lagi. Sampah terus meningkat setiap harinya, di perkirakan satu rumah tangga 1 kg. Namun yang di tangani hanya 600 m3 dan sisanya tidak tahu kemana. Mungkin di setiap rumah tangga menggunakan sistem juglangan, ada yang di buang ke sungai, dan ada juga yang di olah sendiri. Sudah 2 tahun TPA Pakusari mengajukan penambahan lokasi dan wacana “Sanitary Landfill”, tapi tidak ada respon dari pemerintah.
Dulu sampah-sampah ini di jadikan kompos, lalu vakum selama 2 tahun karena investor tidak ada lagi. Jadi, hanya di lakukan metoda “open dumping” terhadap sampah yaitu penimbunan sampah secara terbuka. Namun terkadang juga menggunakan metoda “Sanitary Landfill” yaitu diganti dengan system lahan uruk saniter, sampah di masukkan ke lahan lalu di tutup, jadi setiap hari sampah-sampah di ratakan hingga ketinggian 1 meter lalu di kasih tanah 20 cm.
Namun sampah-sampah tertentu  di bakar, seperti sampah medis karena ada kandungan bakterinya jadi di pisah terlebih dahulu. Pada sampah medis penanganannya berbeda, tapi dengan teknik sederhana. Ada beberpa masyarakat yang ikut mengambil dan memisahkan beberapa sampah untuk reduce, reuse, dan recycle. Mereka hanya mendaftarkan nama di TPA namun  tidak ada pengumutan apapun untuk mereka, jadi hanya untuk pendataan saja. Jika mereka ada masalah karena terkait dengan TPA maka di bantu. Pada tahun 2000-2007 ada pihak kesahatan 1 minggu satu kali memeriksa para pekerja dan pemulung di TPA. Namun karena tidak ada keluhan dari para pekerja dan pemulung jadi pihak dari kesehatan hanya akan datang jika di panggil saja. Disana para pemulung membangun tenda-tenda tempat bernaung hanya  sementara untuk istirahat, bukan untuk tempat tinggal. Hasil yang di ambil pemulung di jual sendiri untuk di timbang dan menghasilkan uang. Sedangkan sampah yang tidak di ambil di hancurkan dan di ratakan.
2. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Kebun Renteng
Indonesia merupakan Negara yang memproduksi kopi terbesar no.3 di Dunia. Pusat penelitian kopi dan kakao kebun Renteng sangat startegis berkontirbusi dalam pengembangan kopi dan kakao. Pusat penelitian kopi dan kakao berdiri sejak 1 januari tahun 1911-2015 sejak zaman belanda “Besoekisch Proesfstation” yang terletak di Jl. PB. Sudirman No. 90 desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji Jember, di 45 m dari permukaan air laut. Kebun kakao ini memiliki luas 160 hektare dan beriklim D. Kelebihan kebun ini yaitu Untuk penelitian kopi dan kakao. Kebun kopi dan kako ini memiliki 3 fungsi, yang pertama sebagai pusat penelitian karena memiliki kopi robusta dan kakao 1000 lebih, dan yang kedua sebagai plasma nutfah jadi sebagai kebun induk dan kebun produksi.sedangkan yang ketiga yaitu sebagai agrowidia wisata. Selain di desa Kaliwining ini ada 2 kebun lagi di malang selatan, yang bernama “kebun percobaan sumber asin” yang berada di ketinggian 600 m dari permukaan air laut dengan luas 100 hektare. Di sana meneliti kopi robusta dan kakao. Lalu, di Bondowoso di namakan “kebun percobaan andong sari” kecamatan pakem yang terletak pada ketinggian 1100 m dari permukaan air laut dengan luas 60 hektare. Disana meneliti kopi arabika dan kopi loak.
Kakao berasal dari Amerika Tengah dan tumbuh di bawah pohon besar yang jadi ada naungannya. Jika terlalu panas karena sinar matahari maka akan mati. Disini ada Naungan tetap yaitu lamtoro tanpa biji dan kelapa, sedangkan naungan sementaranya yaitu jagung, tebu, pisang. Namun mahoni disini sebagai wine briger karena kako tidak kuat terhadap angin. Jenis tumbuhan  kakao yang di budidayakan adalah Kakao biji ungu ”Lindak Hibrida” dan kakao biji putih. Namun lebih banyak kakaobiji ungu daripada biji putih karena biji putih produksinya rendah. Tanaman kakao sangat strategis pada ketinggisn 600 m dari permukaan air laut dengan pH 6-7 curah hujan 1500-2500. Jadi, di bantu dengan penyiraman.
Kakao di olah menjadi cokelat dengan melalui 5 tahapan pokok. Yaitu penyaringan, pengupasan kulit ari, pemastaan dan penghalusan pasta atau adonan cokelat. Untuk mendapatkan produksi cokelat dari biji kakao di lakukan penyangraian dengan wajan atau dengan alat penyangraian sederhana dengan silinder berputar yang dipanasi api. Lalu kulit ari di kupas menggunakan mesin desheller yang dilengkapi dengan ayakan pemisah kulit sistem winnowing, selanjutnya proses pemastaan dan penghalusan adonan cokelat dengan sistem ballmill. Lalu cokelat tersebut bisa di jadikan lemak kakao dan bubuk cokelat melalui proses pengempaan, juga bisa di jadikan permen cokelat dengan sistem ballmill tadi. Bahan utama pembuatan permen cokelat berupa pasta cokelat, lemak, gula, dan susu dicampur. Semuanya di campur menjadi adonan dengan mesin penghalus. Untuk mendapatkan penampilan mengkilap dan homogen maka di tambahkan sedikit lesitin sebagai emulsifier.
Sedangkan pengolahan biji kopi ada yang primer dan skunder. Pengolahan biji primer dapat di olah secara basah dan kering.  Buah kopi yang sudah masak disortasi secara teliti untuk memisahkan buah yang superior. Sedangkan kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus di buang karena dapat merusak mesin pengupas. Buah merah terpilih di olah dengan metoda basah agar diperoleh biji kopi HS kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah yang hijau-kuning diolah dengan cara pengolahan kering. Proses pengolahan basah di awali dengan pengupasan kulit buah dengan mesin pengupas tipe silinder. Mesin pengupas kopi brkapasitas 200-300 kg buah kopi perjam di gerakkan dengan motor bakar bensin 5 PK. Alat ini juga dapat di operasikan secara manual tanpa menggunakan mesin, akan tetapi hanya berkapasitas 80-100 kg buah kopi perjam. Pengupasan buah kopi dilakukan dengan menyemprotkan air kedalam silinder bersama dengan buah yang di kupas. Biasanya konsumsi air mencapai 7-9 m3 per ton buah kopi. Aliran air berfungsi untuk membantu mekanisme pengaliran buah kopi sekaligus membersihkan lender. Lapisan air juga berfungsi untuk mengurangi tekanan geseran silinder terhadap buah kopi sehingga kulit tanduknya tidak pecah.   Setelah di kupas lalu biji kopi di fermentasi untuk menghilangkan sisa-sisa lender. Biasanya hanya untuk kopi Arabika yang menghilangkan rasa pahit, tidak untuk kopi Robusta. Fermentasi dapat di lakukan secara basah dengan air dan secara kering tanpa air. Setelah proses fermentasi lalu dilakukan proses pencucian untuk menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi. Lalu biji kopi di keringkan untuk mengurangi kandungan air dari dalam biji kopi.proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran, mekanis, dan keduanya. Setelah di keringkan lalu biji kopi di kupas kulit tanduknya agar menjadi biji kopi beras. Lalu biji kopi beras harus disortasi secara fisik atas dasar ukuran dan cacat bijinya. Sortasi ukuran dilakukan dengan ayakan mekanis tipe meja getar dengan kapasitas 400-1200 kg per jam.lalu setelah itu di lakukan penggudangan yng bertujuan untuk menyimpan hasil panen setelah disortasi dengan kondisi aman sebelum di pasarkan ke konsumen. Penyimpanan harus memperhatikan kadar air, kebersihan gudang dan kelembapan. Kelembapan tidak boleh lebih dari 70% dan kadar air sekitar 20%. Untuk daerah tropis untuk pengkondisian gudang maka menggunakan kolektor tenaga surya.
Pada pengolahan kopi sekunder, biji kopi beras di jadikan kopi bubuk untuk siap secara langsung dapat di seduh. Tahap pertama yaitu proses penyangraian, dilakukan dengan cara di panaskan lalu didinginkan dengan kipas. Selama pendinginan biji kopi diaduk secara manual agar proses sangria menjadi rata dan warna menjadi hitam. Biasanya penyangrain mmbutuhkan proses 7-30 menit. Lalu setelah itu dilakukan proses pencampuran dengan beberapa jenis bahan baku atas dasar biji kopi berasnya. Pencampuran dilakukan dengan alat pencampur tipe hexagonal. Lalu setelah pencampuran biji kopi beras di haluskan menjadi bubuk kopi dengan menggunakan alat penghalus tipe burrmill. Setelah penghalusan tersebut biji kopi di kemas untuk mempertahankan aroma dan citarasa kopi bubuk. Kemudian hasil kemasan dilakukan pengepakan untuk pemasaran pada konsumen.
Pusat penelitian kebun kopi dan kakao merupakan salah satu pabrik yang menerapkan kegiatan tanpa limbah (zero waste). Jadi, dengan berbagai kegiatan pabrik yang menimbulkan sampah dan limbah tidak menimbulkan penemaran lingkungan, karena semua sampah dan limbah dimanfaatkan kembali untuk digunakan.  
Limbah dari kebun kopi dan kakao merupakan limbah pangkasan hijauan kakao  yang dalam 1 tahun mencapai 5 ton. Sedangkan limbah dari pangkasan lamtoro 15 ton setahun.  Limbah dari buah kakao sendiri mencapai 70% dari kulit kakao dan dari biji 30%. Limbah kulit mencapai 27 ton setahun. Limbah di manfaatkan lagi dengan di buat kompos dan untuk makan ternak. Limbah kakao 1 ha biasanya untuk 15 ekor kambing dalam 1 tahun.  Limbah kotoran kambing mencapai 8 ton untuk 15 ekor. Jadi, setelah menjadi pupuk maka tanaman kopi dan kakao sudah di pupuk 1,5 dari pupuk anjuran. Kotoran kambing untuk di buat biogas dan pakan cacing. Lalu cacing di jadikan pupuk atau pakan ikan.  Jadi, sumber biomassa di perkebunan kopi dan kakao berasal dari kebun dan limbah pabrik. Dari pabrik pengolahan sendiri akan dihasilkan kurang lebih 15-22m3 kulit kakao dan 5-10 m3 kulit kopi perhektar pertahun. Potensi produksi gas dari bahan baku limbah tersebut maka semakin hari akan semakin besar. Secara teknis, beberapa biomassa dapat di gunakan sebagai bahan baku produksi biogas dengan cara mencampurnya pada produksi tertentu. Namun ada beberapa persyaratan yang hasrus di penuhi agar produksi gas dapat berlangsung secara optimal.
Tahap awal proses produksi biogas adalah pengenceran dengan cara mencampur kotoran ternak dengan air pada nisbah padatan dan air 1:1. Namun, jika kotoran ternak sudah kering maka jumlah air harus di tambahkan lenih banyak, sampai batas kekentalan yang diinginkan. Untuk kapasitas kecil, bahan baku biogas dan air dapat dicampur secara manual menggunakan ember plastik. Sedangkan untuk kapasitas besar dapat menggunakan mesin pencampur dngan kapasitas 0.15 m3 per proses dengan waktu pencampuran antara 5-10 menit lalu dimasukkan ke dalam reaktor biogas sampai gas yang di hasilkan stabil. Rancangan reaktor yang digunakan adalah tipe fixed dome baik untuk skala individu maupun skala kelompok tani di pedesaan. Produksi biogas akan optimal jika campuran di masukkan di dalam reaktor yang memiliki pH 6-7. Bakteri metanogen akan tumbuh pada suhu 25-35 oC. Biogas yang di hasilkan akan di tampung beberapa hari di dalam ban bekas. Lalu dapat langsung di alirkan ke kompor untuk di gunakan sebagai sumber panas pembakaran. Setiap 1 reaktor drum skala individu dengan bahan baku 1-2 kg kotoran ternak mampu menghasilkan 0,48 m3 biogas perhari. Gas tersebut dapat di simpan dalam beberapa ban dengan panen minimal 2 kali sehari. Di lihat dari kalor pembakarannya, 1 m3 biogas setara dengan kalor pembakaran minyak tanah sebanyak 0.50-0.60 liter. Kompor mampu mendidihkan air sebanyak 2 liter selama 9-13 menit. Hasil survei menunjukkan bahwa 1 keluarga petani  dengan anggota 4 orang membutuhkan minyak tanah 0,75 liter perhari. Dengan demikian, 1 reaktor drum biogas dapat mensubsitusi setengah dari kebutuhan petani sebagai ganti minyak tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar